Tampilkan postingan dengan label Cerpen mama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen mama. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 November 2013

Marriage by Accident


Pernikahanku berawal dari sebuah kecelakaan??, bukan berarti aku hamil duluan sebelum menikah. mengenal seseorang melalui internet, mungkin hal yang biasa. tapi melamar dan merencanakan pernikahan via chating tanpa bertemu?? sama seperti membeli kucing dalam karung.
"ohh..c'mon dont be sad..i'm looking for a husband would you be my hubby??" tulis ku pada layar komputer di depan ku. waktu itu seseorang teman chating ku sedang berbagi kisah tentang kegagalan percintaanya dengan seorang gadis pujaan hatinya.

" are you crazy???  balasnya nya,  "no i'm not, i'm serious" balas ku lagi. speachless waktu dia bilang "ok i will marry you next years" whatttt...????.  semua teman-teman ku kaget dan terperangah mendengar cerita ku. tapi semua sudah terjadi. joke yang aku lontarkan untuk menghibur hatinya yang sedang galau ternyata menjadi bumerang untuk ku.

"bagaimana kalau wajahnya seperti mandra??  atau tangannya kanan semua, atau dia sudah punya istri atau malah sudah punya cucu??" berbagai pertanyaan aneh di lontarkan temen-temanku. "entalah" aku hanya menggelengkan kepala tanda bingung.

bukannya aku tak memikirkan semua pertanyaan aneh itu, tapi entah kenapa aku juga tak punya kekuatan untuk mengatakan bahwa aku hanya bercanda. dan akhirnya rasa bersalahlah yang ada dalam hati ku, rasa kasihan karena dia benar-benar mengharapkan cinta ku. 

keraguan itu pasti ada, ragu apakah aku bisa..??? apakah aku akan bahagia..?? apakah dia orang yang baik dan bukan seorang psikopat??? hahaha, pertanyaan-pertanyaan aneh itu mulai muncul di kepala ku. 

"yakin mau di lanjutkan??" tanya ku pada pertemuan pertama kami. " yup yakin" begitu yakinnya dia berkata, sampai membuat keringat dingin ku mengalir. tak kusangka guyonanku bersambut begitu serius.

seperti mimpi saat harus bersanding dengannya di pelaminan, semua teman-temanku tidak hanya memberikan ucapan selamat tapi juga meledekku dengan dengan kata-kata "marriage by accident"
tapi kecelakaan itu sudah memberiku sepasang anak yang lucu hingga hari ini. yakin lah jodoh mu akan datang tepat pada waktunya,

Sabtu, 02 November 2013

Cinta di penghujung senja




Firman :
Tak pernah terbayangkan oleh ku di usia ku menjelang senja ini, aku justru duduk di kursi pesakitan, didepan majelis hakim pengadilan agama. Suci istri ku yang telah kunikahi hampir 30 tahun lebih menggugat perceraian atas diriku. Dalam diamnya ternyata dia menyimpan semua kekesalan hatinya atas perselingkuhanku selama ini, yah,,aku sudah menghianatinya lebih dari sepuluh tahun, sejak aku membeli sebuah mobil hasil dari tabungan yang di kumpulkan istri ku, bukannya aku pergunakan mobil itu untuk membahagiakan anak dan istriku, tapi aku justru memulai petualangan ku dengan perempuan lain. Pagi ini aku melihat suci begitu cantik di mataku dengan gaun panjang berwarna jingga, yah warna yang begitu dia sukai. "jingga itu warna sunset, warna yg indah untuk sebuah perpisahan"  begitu yang pernah dia katakan kepadaku sewaktu berpacaran dulu. entah kenapa kenagan-kenagan indah bersama suci tiba-tiba saja mengalir deras. mata ku nanar menatap tubuh kurus nya, meski berbalut gaun indah guratan kesedihan di matanya masih terpancar jelas. Tuhan, aku lupa kapan terakhir kali memujinya rasanya hampir tak pernah aku mengatakan dia cantik, tapi pagi ini aku begitu ingin memeluk tubuh kurusnya, aku ingin sekali mengatakan betapa cantik dan anggunnya dia. Bunyi ketukan  palu hakim tiba-tiba mengagetkan aku, aku tak mampu berkata-kata, lidah ku keluh dan bumi yang kupijak seperti melayang. dalam hitungan detik aku sudah menjadi seorang duda. aku hanya terduduk lemas di kursi ku, sementara suci berjalan keluar dengan santai tanpa menoleh sedikitpun kepada ku. terbayang aku kan menjalani sisa usia ku dalam kesepian, tanpa senyuman dan belaian seorang istri. Istri..?? masih layakkah aku menyebut kata itu? rasanya penyesalanku sudah tak berujung.


Suci:
Pagi ini ada rasa sukacita dan dukacita yang saling bergelora dalam dada ku, sukacita karena akhirnya aku bisa menumpahkan semua duka dan kesedihan yang ku pendam selama hampir sepuluh tahun ini. aku hanya menunggu kedua anakku siap untuk hidup sebagai keluarga yang tak utuh. hal terberat dalam hidup ku sudah aku lalui, memberitahukan gugatan cerai ku atas diri ayah mereka. karena mereka sudah berkeluarga mungkin mereka sudah paham akan arti sebuah penghianatan dan perselingkuhan. duka terdalam yang selalu aku simpan akhirnya dapat aku ungkapkan dan aku selesaikan. aku tak berani beradu pandang dengan mas firman, karena aku tahu di dasar hati ku terdalam cinta itu masih ada, cinta yang tercabik-cabik oleh sebuah penghianatan namun masih aku simpan dengan utuh. aku tahu dia pasti kecewa aku tahu dia pasti menyesali semuanya tapi apa hendak dikata, hati rapuh ku tak sanggup lagi menyimpan semua duka ini. hati ku perih saat melihat butiran air mata itu mengalir di wajah tuanya. aku ingin menghapus nya dengan tangan ku dan mengatakan "semua akan baik-baik saja walaupun kita terpisah" ingin rasanya menggenggam dan mencium tangan orang yang begitu aku hormati seperti dulu waktu masih bersama, tapi hatiku tak sanggup. entah kenapa kebencian yang menggunung selama bertahun-tahun ini mendadak luluh air mata ku menggantung di kelopak mata . aku berlalu begitu saja membawa derai air mata ku.

Minggu, 06 Oktober 2013

Cinta dalam Sepotong Kue


Mata ku nanar melihat sosok suami istri yang berada di depanku, ingatan ku seperti terbawa ke masa puluhan tahun silam, saat aku masih bersekolah di sebuah SD inpres di sebuah desa yang terpencil. untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sekeluarga, aku dan adik2 ku terpaksa berjualan kue di sekolah. "Sutiya" nama itu masih ku ingat, anak perempuan sederhana itu selalu membeli daganganku 2 buah satu untuk dimakannya sendiri dan satu nya lagi selalu dia berikan untuk ku. "kamu sudah makan?"tanya seorang gadis kecil yang membeli kue ku. aku hanya menggeleng seadanaya, "ibu ku akan menghitung semua uang hasil penjualan kue ku, kalau aku makan nanti hasil jualannya akan berkurang" jelas ku padanya. sejak saat itu setiap hari dia membeli kan aku kue yang ku jual sendiri. enatah berapa lama aku pun tak menyadari kalau sutiya tidak pernah lagi membeli kue daganganku. dari kabar yang aku dengar dia pindah ke kota lain bersama keluarganya,

Masa berganti kulalui dengan perjuangan berat untuk menamatkan sekolah ku, hingga akhirnya aku mampu menamatkan sekolah kedokteran ku dan menjalankan tugas pengabdianku di desa ini. pasangan suami istri yang ada di hadapanku ini memohon agar di berikan keringanan untuk membayar biaya persalinan istrinya, tapi wajah itu...wajah wanita itu sepertinya tak akan pernah kulupa. "sutiyah" suara ku tertahan dan mata ku nanar menatapnya. wanita itu menatapku penuh rasa heran, " yah saya sutiyah bu, dari mana ibu taunama saya? " tanya nya bingung 

"masih ingat aku..? si penjual kue kecil di SD dulu? " tanya ku kembali. tiba2 wajah sutiyah bebinar sambil tersenyum diapun mengangguk "yahh..aku ingat..jadi..itu kamu??" tanya nya lagi. seketika tawa dan tangis kami menyatu dalam pelukan hangat dua orang sahabat yang telah lama terpisah.

Selasa, 10 September 2013

Lelaki Ku

Mungkin lelaki mu tak pernah memberikan mu bunga, mengajak mu Candle light Dinner, atau membelikan mu cincin berlian mewah. Janganlah buru2 memberinya cap tak romantis atau   tak cinta.

6 bulan ini statusku berubah menjadi istri, di tambah dengan rasa mual,capek dan segala keluhan Morning sick akibat kehamilan ku yang baru berjalan beberapa bulan. membuat aku sedikit sensitif. apalgi kalau di lihat dari perubahan keseharian makin membuat aku stress. sebelum menikah aku yang bekerja di sebuah perusahaan asing selalu disibukkan dengan urusan kantor, dering telepon meeting, dan lembur sampai malam, dan yang terpenting setiap saat aku punya uang dari hasil gaji ku sendiri, bebas mau kemana dan beli apapun yang aku suka.

"jangan kemana2 ya" "jangan lupa minum obat, minum susu" enatah berapa banyak wejangan yang harus aku denger setiap kali mengantarnya berangkat kerja. tidak boleh ini tidak boleh itu jangan kesana atau kemari hufttt...buat perut ku semangkin mual kalau ingat kata2nya.
"bosen atuh jeng di rumah terus, jalan2 yuk kebetulan ada mall yang baru buka tuh banyak promonya loh" ajak seorang tetangga ku dan diiyakan oleh para ibu2 yang lainya, membuat aku semakin iri dengan kebebasan para ibu tetanggu.

Kuberanikan diri untuk membujuk mas willy biar dapat ijin keluar rumah sekedar cuci mata, "yakin bisa?? " tanyanya sambil mengernyitkan dahi tak percaya. "bisa cuma ke mall sebentar aj" rengekku. akhirnya ijin itu turun, dengan berat hati, mas willy mengijinkan aku pergi dan memberiku beberapa lembar uang ribuan.
sesampainya di mall aku sibuk keluar masuk toko dan bergerombol bersama wanita2 lain yang menyaksikan ramainya acara grand opening. setelah capek berjejalan akupun makan di sebuah food cort tapi alangkah terkejutnya aku ketika hendak membayar mkanan baru aku sadari kalau dompet ku telah raib, sesaat aku terduduk lemas dan diam dilanda kebingungan, aku hanya bisa menangis dan menelpon mas willy untu di jemput.
Mas willy datang dengan terburu2 di wajahnya kulihat sejuta kekhawatiran, "kamu baik2 saja?" tanyanya sambil memelukku. setelah membayar makanan dia membawaku pulang ke rumah. di perjalanan aku hanya diam membisu menyesali semua yang terjadi hari itu. seperti mengrti kegundahan dan ketakutan ku mas willy juga tidak menanyakan apa2 dia hanya mengusap bahu ku.
Di rumah aku buru masuk ke kamar, mengganti pakaian dan tertidur karena aku benar2 lelah. saat terbangun ku lihat di atas meja sudah tersedia sepiring nasi goreng, dan teh mansis hangat, tanpa di suruh aku langsung melahapnya. "laper bu mil..?" tanya mas willy sambil tersenyum. dia melanjutkan acara menonton tv dan tak banyak komentar tentang peristiwa hari itu.
selesai makan aku pun mengikutinya menonton tv, duduk disampingnya sambil bergelayut manja di lengannya. "sekarang tau kan? kenapa aku selalu melarang mu pergi kemana2? itu karena kamu pelupa,suka lupa meletakkan hp, kunci, dan juga dompet" ternyata dompetku yang berisi uang yang diberikan mas willy tertinggal di laci meja rias ku, aku hanya membawa dompet yang biasa ku bawa untuk belanja.

"masih mau jalan2 sendiri? tanya mas willy sambil mengelus2 kepala ku. aku hanya menggeleng dengan lesu. tanpa tersa terbayang keluhan2 ku tentang mas willy, terlalu otoriter tidak pengertian, tidak romantis dan masih banyak lagi.

bayangan tentang mas willy yang datang tergopoh2sehabis menerima telpon ku tadi siang membuat aku sadar, sekalipun dia tidak romantis, tidak pernah memberiku bunga atau hadiah mewah lainnya tapi kekhawatiran di matanya menunjukkan betapa besar cintanya untu ku. saat membawa ku pulang dengan motornya dia memberikan jaketnya agar aku tidak kedinginan, dan dia juga terpaksa berbohong pada atasan nya hanya untuk bisa pulang dan menjemput ku. dia juga tidak pernah marah dan menghakimi ku atas semua kesalahan ku, kesalahan seorang istri juga tanggung jawab suami begitu katanya

tanpa terasa mata ku gerimis dan air mata ku mengalir membasahi dadanya, aku semakin erat memeluknya dan membenamkan kepala ku ke dalam pelukkannya, benar juga kata orang bahwa tempat yang paling nyaman untuk seorang wanita adalah berada dalam dekapan seorang lelaki yang mencintainya.


bogor 10 september 2013


Kamis, 05 September 2013

kutemukan cinta dalam kebencian


Jodoh itu rahasia Allah, setidaknya itu yang dulu selalu aku dengar. Sekuat apapun kau menghindari atau membenci seseorang cinta itu akan selalu menemukan jalannya untuk bersatu. Siapa sangka lelaki yang dulu begitu aku benci karena keisengan dan kejahilannya justru sekarang mengisi hari2 ku. Jangankan untuk bertemu,
mendengar namanya saja dulu bisa membuatku mual. mulai dari mengempeskan ban sepeda sampai memasukkan batu2an ke dalam tas ku dan semua ejekannya setiap hari selalu membuat aku menangis.

tapi satu yang aneh dari sikap Dewa, dia selalu ada didekatku dimanapun aku berada, disekolah, kantin, tempat les sampai ditempat pengajian sekalipun. dia seperti kutu yang menempel di kepala dan membuat aku selalu tak nyaman. tiada hari tanpa ledekan atau sikap jahilnya dan setiap hari pula wajahku selalu bergelayut kesal setiap bertemu dengannya. bahkan masih terngiang suara tawa nyaringnya, atau teriakan nakalnya setiap kali berhasil membuatku marah.

kuliah...saat itulah aku terbebas dari kenakalan dewa si pembuat onar, karena waktu itu dewa di terima kuliah di ITB tanpa tes. hari2 ku begitu menyenangkan sesaat, karena aku begitu menikmati dunia baru ku sebagai mahasiswi di perguruan tinggi negeri di kota ku. sebenarnya masuknya aku ke perguruan tinggi negeri pun di dorong oleh rasa kesal karena Dewa selalu meledekku, Dia bilang aku tak pantas kuliah apalagi masuk di universitas negeri, kalaupun masuk aku pasti gak bakalan bisa keluar atau lulus, hahahaha ingin rasanya tertawa didepan mukanya saat bertemu dan bilang kalau aku tidak sebodoh yang dia kira.

Di awal2 kepergian Dewa ke bandung seperti ada angin segar yang selalu menerpa hari2 ku, tetapi lama kelamaan baru rasa sepi itu hadir menggoda. setiap membuka jendela kamar yang langsung berhadapan dengan kamarnya seperti ada sesuatu yang hilang. Karena dulu setiap kali aku membuka jendela selalu ada wajah badung Dewa dengan muka anehnya yang selalu membuat aku gerah.

Lama2 aku berpikir bahwa semua yang di lakukan Dewa hanyalah untuk menarik perhatianku saja, sepertinya dia tidak bermaksud menyakiti atau menyinggung ku, tapi perhatian anehnya terkadang justru membuat aku ilfil. Dulu aku pernah turun dari angkot di saat hujan walaupun rumahku masih jauh hanya untuk menghindari ejekannya, tapi yang ada Dewa malah menunggu ku di depan gang sambil membawakan aku payung dan terus meledekku dengan sebutan gadis cengeng. aku berusaha menghindarinya dengan mendorong nya menjauhi ku. tapi Dewa tetaplah Dewa, bukannya menjauh dia semakin menarik tangan ku dan memayungiku sampai rumah.

Tanpa terasa hampir enam tahun sudah aku tak melihat wajah badung Dewa, dan akupun sudah melupakan kenakalan2nya. faktor umur mungkin membuat aku tak lagi memikirkan sikap nakal Dewa yang kekanak2an itu. sampai pada suatu malam sepulang kerja aku bertemu kedua orang tua Dewa di rumah ku. entah apa yang di bicarakan para orang tua itu, tapi kelihatanya begitu serius. 

Pagi itu kali pertama Dewa kerumah setelah 6 tahun kepergianya, woww...cuma itu yang bisa ku teriakkan dalam hati, karena Dewa yang ada di depan ku bukan lagi bocah nakal nan jahil, tapi sosok pemuda dewasa yang...alamak...senyum itu yang dulu begitu aku benci entah  kenapa seketika begitu manis terlihat. 

Dewa mengajakku keluar dan menemui teman2 sekolah dulu  mulai dari teman SD, SMP dan SMA dari semua teman yang kami temui aku seperti mendapatkan reaksi yang sama, semua menanyakan kapan kami akan menikah..???, mungkin hanya aku yang terdiam bengong setiap kali di tanya pertanyaan yang sama, tapi Dewa tampaknya tidak begitu kaget dengan pertanyaan teman2 ku, dia hanya menjawab "Insyaallah secepatnya" sambil melirik nakal ke arah ku dan sesekali tertawa terbahak melihat kebingungan ku.

Aku bosan dengan semua teka teki ini, tanpa basa basi aku memberondong Dewa dengan pertanyaan2 yang sedari tadi aku simpan di kepalaku, saat kami berdua di Mobil. Bukan dewa namanya kalau tidak bisa membuat aku kesal, bukannya menjawab pertanyaan2 ku, tentang rencana pernikahan yang sedari tadi di bicarakan dengan teman2 ku, dia malah tersenyum dan senyum itu kembali membuat aku mual. aku mohon penjelasannya sekali lagi.

Akhirnya Dewa menepikan mobilnya di sebuah cafe dan mengajakku turun, "aku akan jelaskan semuanya" cuma itu yang keluar dari mulutnya dan senyuman itu..benar2 membuat aku muak. aku diam dan tak beranjak sedikitpun dari kursi mobil aku meminta penjelasan secepatnya dari Dewa. sepertinya kali ini Dewa tau kalau aku benar2 marah.

Dewa terdiam sesaat dan menatapku sebelum dia bicara dan menjawab semua pertanyaanku. " maaf kalau aku membuat mu bingung...." itu kata2 pertama dewa saat mencoba menjelaskan. " aku tau kau membenciku sejak saat kita sama2 di disekolah dulu, tau kenapa aku selalu menyembunyikan buku2 mu dan mengembalikannya kerumah mu pd malam harinya? atau kenapa aku selalu berada satu angkot dengan mu setiap pulang dan pergi sekolah? apa kau pernah berpikir kenapa setiap kali kau membuka jendela kamar mu kau akan selalu melihat wajah ku?"  aku menggeleng dengan lesu dan malas menjawab pertanyaanya. " itu karena aku selalu ingin melihat mu dan ada di dekat mu, aku ingin melindungi mu dan selalu ada setiap kau butuhkan" jawaban Dewa seperti sebuah petasan yang meledak di telinga ku. "Andin aku mnyukai mu sejak kita sekolah dulu, dan kepada semuaa teman2 aku selalu bilang bahwa kau adalah pacar ku dan aku akan menikahi mu, itu sebabnya tidak ada yang mengganggu mu sewaktu sekolah dulu"

kekagetanku rasanya tidak sampai disitu, karena seketika kaca mobil di ketuk seseorang dari luar. "Bimo..?" adik bungsu ku tiba2 datang dan mengajak kami masuk ke cafe" ayoo buruan semuanya sudah datang" ajak bimo tak sabar. Dewa membuka pintu dan menarikku keluar mobil. entah apa yang terjadi rasanya aku malas berpikir lagi.

Didalam cafe sudah ramai keluarga ku dan keluarga Dewa. Saat pembawa acara mempersilahkan kami duduk dan mengutarakan hajatnya aku hanya terdiam, bingung dan sedikit kesal karena malam itu tiba2 saja keluarga Dewa melamarku. seperti mengerti kegundahanku Dewa tak henti2nya menggenggam dan mengelus2 tangan ku seperti sebuah permintaan maaf dan meminta ku sabar.

Akhirnya hari yang melelahkan itu berlalu, ternyata sekian lama Dewa menyimpan cinta untukku, walaupun caranya mengungkapan cintanya menurutku cukup aneh dan ajaib. sebelum kepergiannya kuliah ke bandung ternyata dia sudah melamarku kepada orang tua ku, dan kepada semua teman2 dia menitipkan aku untuk menjaga ku. setelah dia tamat dan bekerja sekarang saatnya di ingin menikahi ku. walaupun awalnya sedikit kesal namun akhirnya aku menerima lamaran Dewa dan keluarganya tiga bulan kemudian kami menikah, dan Dewa membawa ku ke papua karena dia di tugaskan disana, saat ini aku sedang menanti kelahiran anak pertama kami. ternayata aku menemukan cinta dalam kebencian ku.



Bogor 6 september 2013









Senin, 17 Juni 2013

BELAJAR MEMASAK




                                                                              
      
“Horee…besok  liburan “ teriak  Nina .sambil  meloncat  kegirangan  . “Libur  t’lah tiba ,libur t’lah tiba “ Nina bernyanyi ,nyanyi kecil  sambil  Berjalan pulang dari sekolahnya. Hari ini adalah hari terakhir ujian dan Nina akan libur selama seminggu, menunggu anak kelas VI ujian .
Pagi itu Nina bermain boneka sendirian “Ah bosan main boneka sendirian ,gak seru “ Gerutu Nina sambil membereskan boneka berbie nya . Hari itu Nina hanya bermain sendirian karena semua teman -  teman nya  pergi, Aurel pergi ke rumah neneknya di Jakarta, Nada pergi ke Puncak bersama keluarganya, Kila pergi ke rumah saudaranya di Bandung.
Nina mencoba menyalakan TV dan menonton beberapa acara, “Ah..sama saja, acara TV gak ada yang seru, isinya Cuma acara gossip” gumam Nina dengan kesal, Nina kembali mematikan TV dan berjalan dengan lesu kekamarnya. “tidur mungkin lebih enak kali yah..” bisik Nina dalam hati, Nina pun merebahkan tubuhnya ke kasur dan mencoba memejamkan mata.
Namun tiba-tiba hidungnya mencium aroma masakan yang sangat harum dan lezat, “Hhmmm…aroma apa ini..?” Tanya Nina dalam hati. Nina bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju dapur. Di dapur terlihat ibu sedang asyik memanggang sesuatu di oven. “sedang masak apa bu…? Tanya Nina sambil hidungnya mengendus-endus bau masakan yang ada di oven. “ohh..ibu baru saja membuat Brownies coklat keju, kamu pasti suka” kata ibu sambil tersenyum. “Bu boleh gak, aku mencoba buat kue seperti yang Ibu buat?” pinta Nina dengan manja. “ Tentu saja boleh, tapi tidak sekarang yah, karena bahan-bahannya sudah habis, bagaimana kalau besok pagi kita ke supermarket dan membeli bahan-bahan kue..?” Nina pun mengangguk sambil tersenyum. Tak lama brownies buatan ibu matang dan di keluarkan dari dalam oven. Tak perlu lama-lama, Nina segera mengambil pisau dan memotong brownies buatan ibu…”Hmm…lezaaaattt nyaaaa…” teriak Nina sambil memasukkan potongan-potongan brownies kemulutnya.
Pagi itu Nina dan Ibu pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan kue. “Nin, bagaimana kalau hari ini kita belajar membuat kue bolu saja? “ Tanya Ibu sambil mendorong trolly di sela-sela rak bahan-bahan kue yang ada di supermarket. “ Memangnya kenapa Bu..? gak boleh yah… buat brownies seperti yang ibu buat kemarin ?” Tanya Nina sambil mengernyitkan dahinya. “Boleh saja sih…tapi brownies membuatnya agak  rumit dan bahannya lumayan banyak, nanti kamu bingung” jelas ibu sambil tersenyum “oke deh Bu.. bagaimana kalau kita buat bolu dengan parutan keju diatasnya, pasti enak..” balas nina sambil mengacungkan kedua jempolnya. Nina dan ibu pun tertawa bersama. Beberapa saat kemudian keranjang belanjaan Ibu dan Nina sudah penuh dengan bahan-bahan kue. Dan sesampainya di rumah Nina langsung berlari kedapur sambil membawa belanjaan bahan kue, keliahatanya dia sangat semangat sekali. “ Bu kita buat kuenya sekarang yah…udah gak sabar nih…” teriak Nina sambil meletakkan belanjaan di meja dapur. “ Sabar dong Nin..Ibu ganti baju dulu yah..” jawab Ibu sambil berlalu masuk ke kamarnya, dan kemudian keluar kembali setelah berganti baju.
Ibu mulai menyiapkan peralatan untuk membuat kue, ada mixer, mangkuk, spatula, dan baking pan atau panggangan bolu. “ Ayo nin, mulai kocok 6 butir telur dengan gula yang tadi ibu siapkan di gelas” Ibu memberi instruksi kepada Nina untuk memulai pembuatan kue bolu. “ Baik bu “ kata Nina dengan sigap, Nina pun mengambil mangkuk dan mixer, kemudian dia segera memecahkan enam butir telur dan mengocoknya dengan gula. “ Berapa lama di kocoknya Bu..? “ Tanya Nina sambil mengaduk-aduk mixer yang ada di tangannya. “ Sampai adonannya  mengembang dan kelihatan putih. Kira-kira 20 menit” ibu menjelaskan kepada Nina sambil mengambil beberapa bahan kue. “ Ini namanya pengembang ya,” kata ibu sambil memasukkan sesendok kecil pengembang. “gunanya untuk apa bu..?” Tanya Nina ingin tau. “Gunanya untuk membuat bolu mengembang dan tidak bantet, juga melembutkan” Ibu menjelaskan lagi. “Nah…kalau yang ini namanya vanili gunanya untuk membuat kue bolu yang kita buat beraroma harum”  Ibu kembali memasukkan vanili seujung sendok kecil. Tak lama kemudian adonan telur nina pun mulai mengembang dan berwarna putih kekuningan. Nina mulai menurunkan kecepatan mixernya untuk selanjutnya mematikan mixernya. “ Nah..tepung yang sudah ibu siapkan boleh di masukkan ke dalam adonan, lalu masukkan mentega cair yang sudah ibu siapkan di mangkuk kecil” Nina segera melakukan apa yang sudah di instruksikan Ibu. Untuk selanjutnya Nina memasukkan adonan kedalam cetakan kue bolu atau baking pan dan memanggangnya di kompor.
“Kira-kira sampai berapa lama di panggangnya Bu..?” Tanya Nina tak sabaran. “ Sabar ya…gak lama koq, kira-kira 30 menit” Nina hanya menganguk-angguk mendengar penjelasan ibu. Tak berapa lama kemudian, bolu buatan Nina pun di angkat ibu harumnya sangat menggoda hidung Nina.” Yeeee bolu ku jadiiii…berhasil..berhasil…horeeee” teriak nina sambil menyanyi ala kartun Dora di TV. Ibu hanya tertawa-tawa melihat tingkah Nina. “eittss..tapi belum di hias dengan parutan keju lho…”ibu mengingatkan Nina. “Ohh.. iyaaa lupaaa” Nina menepok jidatnya sambil tertawa-tawa. “Baik Bu kalau begitu Nina parut kejunya dulu ya…” Nina bergegas mengambil parutan keju di rak piring, dan segera memarut keju yang tadi di belinya di supermarket. Sementara Ibu mendinginkan Kue bolu dan kemudia mengoles atasnya dengan blue band. “ Nina yang tabur kejunya yah bu” pinta Nina sekali lagi Ibu hanya menganggguk mengiyakan. Setelah di tabur keju, kue bolu buatan Nina pun terlihat sangat indah dan menggoda selera. “Hmm..rasanya sayang ya kalau harus di potong dan di makan” kata nina sambil memutar-mutar piring kue bolu buatanya. Sementara Ibu hanya tersenyum melihat tingkah pola nina.
Tiba-tiba terdengar suara orang memberi salam dari luar pagar. “Assalamu’alaikum..” suara itu terdengar bergetar. Nina segera berlari keluar sambil memberi salam” Waalikum salammm” Nina membuka pagar dan di hadapannya berdirilah dua orang pengemis, seorang Ibu dan anaknya yang yang kurus dan berpakaian kumal. Si Ibu pengemis terlihat berdiri dengan susah payah karena kakinya terlihat sakit. “Maaf ada apa ya bu..? “ Tanya Nina kepada pengemis itu. “ Minta sedekahnya Nak, seiklasnya “ Si Ibu pengemis memohon sambil menengadah kan tangannya. “Tunggu ya Bu “ jawab Nina sambil berlari kedalam memanggil Ibunya “Buuu…diluar ada pengemis kasihan sekali lho...anaknya kurus sekali dan pakaiannya kotor” Nina menjelaskan kepada ibu, tak lama Ibu pun mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu dari dompetnya dan menyerahkannya kepada Nina. “tolong berikan uang ini kepada mereka ya, oh ya..bagaimana kalau kamu membagi kue bolu buatan mu kepada mereka?” pinta Ibu kepada Nina sambil meyodorkan selembar uang. “ hmm…boleh juga Bu, hitung-hitung berbagi kebaikan, sapa tau bias dapat pahala, iya kan bu..??” Tanya Nina kembali, tak lama ibu pun memotong beberapa potong Bolu dan meletakkanya kedalam kotak makanan, Nina segera membawa kotak berisi kue bolu itu kedepan. “ Ini Bu, ada sedikit uang dan kue, mudah-mudahan ibu dan anak ibu suka ya” kata Nina sambil menyerahkan uang dan kotak makanan itu.  “Terimakasih banyak nak..mudah-mudahan Allah membalas kebaikan mu “ suara si ibu pengemis itu tampak bergetar begitu juga dengan tangannya yang memegang kotak berisi kue bolu, tiba-tiba saja air matanya mengalir membasahi pipinya. Tampak sang anak segera membuka kotak dan mengambil sepotong kue bolu dan melahapnya dengan rakus. “maklum nak, dari pagi dia belum makan, dia memang sangat lapar” jelas si Ibu pengemis sambil mengusap lembut kepala anaknya. Tak terasa mata Nina pun berkaca-kaca, tanpa terasa butiran air matanya juga mengalir di antara kedua pipinya. “ Sebentar Bu, saya akan ambilkan minum untuk anak Ibu ya” Nina segera berlari kedalam dan mengambil sebotol minuman dari dalam lemari es dan menyerahkanya kepada Ibu pengemis itu. “ Ini bu, bawalah “ Si ibu pengemis tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada Nina, sementara anaknya sibuk memakan potongan-potongan kue bolu buatan Nina, solah-olah itu adalah kue ter enak di dunia. Kemudian ibu pengemis dan anaknya pun berpamitan dan meninggalkan Nina yang berdiri terpaku di depan pagar sambil menghapus air matanya. “ Apa yang kamu pelajari hari ini Nin..? Tanya ibu tiba-tiba sambil menghapus butiran air mata yang tertinggal di pipi Nina, Nina hanya menggeleng sambil memeluk Ibunya. “Sesuatu yang mungkin buat kita tidak berarti atau biasa-bisa saja, bisa jadi akan sangat berharga untuk seseorang, seperti kue bolu buatan mu, kita belum tau seperti apa rasanya, enak atau tidak enak tapi ternyata untuk si Ibu pengemis dan anaknya sangatlah enak” Nina hanya mengangguk tersenyum, dan mengajak ibunya ke dapur untuk memotong kue bolu buatanya, akhirnya mereka pun duduk dan menonton TV sambil menikmati kue bolu buatan Nina. Nina tertawa sumringah saat Ibu memuji Kue Bolu buatan Nina sebagai kue ter enak di dunia.
*** Janganlah berhenti berbuat kebaikan sekecil apapun itu, karena sesuatu yang tidak berarti untuk mu bisa jadi akan sangat berarti untuk seseorang ***

Jumat, 03 Agustus 2012

Andai Dia tahu


lagu sedih itu kembali kuputar menemani hari2 ku yang mebosankan, ah..andai saja waktu bisa kuputar aku ingin hari yang ku lalui bersama Dimas terulang kembali.
"kenapa sih suka banget dibonceng pake sepeda kumbang si Dimas? .pasti dah kena pelet" semua teman2 ku selalu mengolokku setiap kali melihat aku pulang diantar dengan sepeda kumbang dimas, sementara beberapa teman yang lain selalu ku tolak setiap menawari ku pulang dengan motor nya.

entah apa yang menarik dari Dimas, sosok culun bahkan hampir bisa di kategorikan ndeso, tapi kesederhanaan itu yang membuat aku tertarik padanya. setiap kali aku uring2an dan malas pulang ke rumah dengan sabar Dimas menemani ku berputar2 di sepanjang jalan disekitar sekolah, setiap aku ngomel dan ngedumel karena pr atau dimarahi guru Dimaslah yang selalu setia mendengarkan ocehan ku.

"Besok aku akan ke magelang, aku diterima di akmil" hanya kata2 itu yang selalu aku ingat, karena kata2 itu pula aku pulang tanpa sepatah katapun dan membiarkan dimas terdiam ditemani sepeda kumbangnya. "ayoo kejar aku dan jangan biarkan aku berlalu" rasanya teriakan hati ku saat itu sia2.

Dimas tetap pergi dan meninggalkan aku dengan kesendirian ku, ah begitu bodoh kah dia hingga tidak menyadari hati ku terluka..?

lima tahun berlalu tanpa kabar, perlahan akupun hampir bisa melupakannya,tapi entah mengapa aku tak pernah tertarik pada sosok laki2 lain, tidak ada laki2 yang seculun dan sendeso dimas terkadang aku berpikir seperti apa sosoknya sekarang.

Dari kejauhan rumah ku terlihat ramai dengan beberapa mobil dan orang2 yang baru saja keluar dari rumah aneh..sepertinya tidak ada acara apa2 saat aku pergi tadi.
"ini loh Rima yang ditunggu2" tiba2 saja ibuku menarik tangan ku saat memasuki pintu rumah dan mengenalkan ku pada para tamu. dengan kebingungan aku menyalami semua tamu yang datang.
"wah..cantik yah pamtesan Aryo pengen buru2 ngelamar takut di samber orang kali" celoteh salah seorang tamu. " lamaran..? Aryo?  duh..apalagi ini..?" aku hanya bisa tersenyum dalam kebingungan.

"mau kan menjadi istri ku..?" tiba2 saja suara seseorang mengagetkan ku diantara kerumunan orang yang sedang keluar tiba2 saja ada sosok seseorang yang sudah lama ingin aku lihat. Dimas tidak lagi culun dan Ndeso seperti dulu ohh dia begitu gagah dengan seragam angkatan lautnya.
"Dimas?? koq kamu bisa ada disini, ngapain?" tanya ku seperti orang bodoh karena begitu terkejut.
"mau jemput kamu, kalau kelamaan nanti kamu uring2an lagi" goda dimas sambil tersenyum nakal.
ahh..kepala ku pusing, tapi hati ku berbunga2, perasaan apa ini??

pada kesempatan lain, saat berdua dimas menceritakan kenapa dulu dia terpaksa meninggalkan aku.
"bukannya aku tidak tau perasaan mu, tapi aku ingin menjadi seseorang yang berarti untuk mu dan menjadi seseorang yg bisa kau banggakan untuk bisa mendampingi hidupmu, kalau aku ndeso terus mana kamu mau..??" itu alasan Dimas kenapa dia berkeras meninggalkan aku dan menggapai cita2nya.
"kenapa gak pernah kasi kabar? trus kalau aku keburu di lamar orang gimana?" aku masih kesal dengan kehadirannya yg tiba2 walau jauh di dalam hati ku ada bahagia yang tak terkatakan.
"dilamar orang? aku kenal kamu rima, hati mu sudah terisi penuh dengan sosok ku kan?, lagian sebenarnya aku selalu tau perkembangan mu dari mas prio " dimas tertawa tak henti2 melihat aku yg uring2an.

"Dasar.. Aryo Dimas liat aja nanti aku akan buat hidup mu sengsasara, kamu akan rasakan apa yang aku rasakan selama ini" teriakku sambil memkul manja dadanya.
"bukan cuma kamu yang sedih, aku juga, tapi keinginan ku untuk menjemput mu yg buat aku kuat, itu sebabnya begitu tamat aku langsung melamar mu, jangan marah lagi yah" pintanya dengan dengan tersenyum, ahh senyum itu yang dulu selalu buat aku tenang. sekarang aku tak pernah lagi berharap Andai dia tahu perasaan ku...




Beri aku kesempatan kedua

Punya jabatan, tampang yang lumayan, tapi kenapa susah dapat jodoh ya..?? paling tidak itulah kata2 yang sering di bisikkan semua orang setiap melihat aku. ah..persetan dengan semua pemikiran orang2 toh mereka tidak pernah tau apa yang pernah aku alami.

Maya...yah bayangan gadis lucu itu belum bisa beranjak dari otakku, walau hanya dekat selama 3 tahun tapi butuh waktu hampir 10 tahun untuk mengeluarkan bayangannya dari otakku.
"ah..jangan pura2 bego deh..maya kan suka sama kamu" begitu kata teman2 ku setiap kali melihat aku cuek dan tidak respon akan kehadiran maya..tapi gadis itu selalu tersenyum ramah, mengajakku bercanda setiap kami bertemu. 3 tahun menjadi asisten dosen di kampus tempat kami menimba ilmu toh tetap tidak bisa membuat aku menyukai Maya.

"hei besok aku akan menikah" tiba2 saja maya mengejutkan aku dengan kabar yang begitu tiba2.
"menikah..? dengan siapa? koq tiba2 banget sih, gak pernah tau pacaranya tau2 dah mau merit aja" jawab ku dengan hati yang berdegup kencang. entah kenapa tiba2 saja aku merasa begitu kehilangan sepertinya kaki ku melayang dan tidak menapak di bumi.
"dengan teman kakak ku, itu pun dijodohkan abis nungguin kamu kelamaan" Maya masih bisa tertawa dan bercanda seperti biasa tanpa dia tau hati ku seperti disayat sembilu. hampir semua teman2 ku menyalah kan aku mengapa aku tak pernah menanggapi sinyal cinta yang di berikan maya.aku sendiri juga bingung dengan perasaan ku apakah aku benar2 menyukainya atau tidak, tapi yang pasti kepergian maya membuat aku kehilangan separuh jiwa ku.

"pak para pelamar sudah siap untuk interview" tiba2 suara seorang staff membuyarkan lamunan ku. hampir 2 jam menginterview tak satupun dari pelamar yang cocok di hati ku, dan ini pelamar terakhir aku hampir ogah2an menyambutnya. ketika tiba2 pintu terbuka dan masuklah sosok yang begitu aku rindukan.
"maya..?" cuma itu kata2 yang bisa aku ucapkan. didepan pintu maya tersenyum lebar dan tertawa memanggil nama ku.
"prasss..koq..bisa.." kalimatnya terhenti ketika melihat aku bingung dengan suasaa pertemuan yang tidak terduga.

 "suamiku meninggal 2 tahun yang lalu, sekarang aku terpaksa mencari nafkah untuk menghidupi kedua anakku" begitulah cerita singkat maya. sementara aku hanya terdiam mendengarkan cerita sedihnya, ahh..andai saja aku bisa memeluknya pasti aku akan melakukannya.

"maaf may..sepertinya aku tidak bisa menerima mu di kantor ku, kamu kurang qualified" jawaban ku membuat maya tertunduk lesu dan hampir menangis, ohh..mendung dimatanya pliss jangan sampai tumpah menjadi hujan air mata.
"gak apa2 pras aku bisa ngerti koq" maya berusaha tersenyum dan berdiri dari kursinya.
"terimakasih sudah mau memberiku kesempatan, aku permisi dulu ya" tiba2 saja aku punya keberanian untuk menarik tangannya dan membenamkannya dalam pelukkan ku. setelah hampir 10 tahun aku kehilangan dia tak akan kubiarkan dia berlalu begitu saja.

"aku tidak ingin melihat mu di kantor ini, tapi aku ingin melihat mu ada dirumah ku, menemani aku setiap hari, dan mengahabiskan sisa hidupku bersama mu" maya hanya terdiam dan mencoba bersikap wajar, walau aku tau dia juga punya perasaan yang sama dengan ku.

"pliss beri aku kesempatan kedua " pinta ku dengan memelas, maya hanya tersenyum mengangguk. apakah ini sebuah kebetulan atau kan takdir yang harus aku jalani. tapi yang pasti aku tidak ingin kehilangan maya untuk kedua kalinya.

Cerita Dulu...

Mudik kata unik yang selalu ku nanti2, menyusuri jalanan ke sekolah ku dulu sepertinya aku masih bisa merasakan bau lumpur persawahan yang dulu begitu aku benci. Mata ku terpaku pada sebuah rumah mungil nan asri, masihkah disana ada Danil..? teman smp ku yang dulu suka mengejar2 ku sepanjang jalanan menuju sekolah." hei kancil...kancil kecil..tunggu" danil selalu berteriak2 dan mengolokku membuat aku terus berlari seperti kuda pacu untuk menghindarinya.

"nina..? kapan datang ?" seseorang menyapa ku dengan ramah dan mengagetkan aku dari lamunan tentang danil.
"Danil..? " ah..aku hanya bisa bengong dan tersenyum gugup.
"hallo..masih aja suka bengong ntar kemasukan setan loh" danil kembali mengolokku dengan jahil.
"iya nih..baru kemaren nyampe dan skrg pengen jalan2 lihat2 sekolah kita dulu"
"emang knp? ada yang di kangenin ya di sekolah dulu?" ah danil memang gak pernah berubah selalu  bercanda.
"enak aja..yg di kangenin sih gk ada tapi kl yg nyebelin sih ada yg suka buat bete suka ngejar2 ihh..amit2 deh"  aku hanya menjawab seenaknya, tapi tiba2 danil diam dan memandang lurus kedepan membuat aku sedikit ketakutan.
"kamu tau kenapa aku selalu mengejar2 mu saat smp dulu??" tanya danil dengan tatapan dingin, tatapan yg  belum pernah kulihat sebelumnya. aku hanya menggeleng ketakutan.
" jujur dulu aku begitu menyukai mu, tapi sayangnya kau tidak pernah memberiku kesempatan tapi..ya sudahlah...bukankah kau sekarang bahagia?? " danil tersenyum walau sedikit terpaksa aku hanya bisa mengangguk ketika danil pergi dan berlalu.


"Hah..?? ketemu danil..??? gak mungkin " dari cerita tiara aku baru tau kalau sejak tamat smp danil tidak melanjutkan sekolah nya dan memilih bekerja di sebuah pabrik pengolahan besi demi menghidupi keluarganya. sampai satu ketika sebuah kecelakaan terjadi di pabrik tempat kerja danil dan dia termasuk salah satu korban di dalamnya. tanpa terasa mata ku gerimis, dan kejadian senja tadi...?? ah danil ternayata itu yang ingin kau sampaikan pada ku sejak dulu...maafkan aku Danil.



25 minutes to late

Jeri dan Raka, dua laki2 yang pernah dekat dan menginginkan aku menjadi istrinya. Jujur hati ku tak bisa memilih salah satunya. Jeri adalah seorang mahasiswa tehnik tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi di makasar sedang Raka adalah seorang karyawan swasta biasa di sebuah perusahaan di jogja.

Tahun ini umur ku akan menginjak 24 tahun, dan aku ingin mengakhiri masa sendiri ku di umur 25 tahun, berarti tinggal 1 tahun lagi waktu yang tersisa. tapi entah kenapa aku masih belum bisa memutuskan yang mana....???. sementara jeri dan Raka sudah berkali2 meminta ku untuk memberikan jawaban atas cinta mereka ah..pusing.

malam ini aku tahajud dan sholat istikhara memohon jawaban atas semua ragu ku. ya "Allah yang maha mengetahui berilah perunjuk siapakah yang terbaik untukku" begitulah kira2 pinta ku.

tepat jam 6 pagi Raka menelpon ku dan mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 24, dia tak banyak bicara seperti biasanya hanya menjawab semua tanya ku. "bicaralah yang banyak karena aku cuma pengen dengar suara mu" hanya kata2 itu yang selalu dia ucapkan ahh..gombal.

jam 06.25 jery pun menyusul menelpon ku mengucapkan selamat ulang tahun untuk ku. kali ini dia bertanya apakah dia yg pertama ?, " sayang jer sudah ada yg duluan " jawab ku sambil bercanda.

setahun kemudian saat usia ku tepat 25 tahun, aku sudah berada di jogja mengikuti suami ku, walau terlambat 25 menit ternyata jeri bisa menerima keputusan ku.

Rabu, 01 Agustus 2012

Kalau jodoh takkan kemana


Nama ku Shinta prameswari umur 18 tahun. Herman adalah laki2 pertama yang ada dalam hidupku, tapi sayang semua keluarga ku menentang cinta monyet ku saat di sma, memang dia hanya anak seorang janda yg berkerja serabutan tapi cinta tak pernah memandang semua itu.

Aku harus pindah sekolah ke jogja?? itu keputusan keluarga untuk menjauhkan aku dengan herman. bartahun2 aku menyibukkan diri dengan studi ku dan berusaha membuang jauh2 bayangan herman. sampai akhirnya aku lulus kuliah dan diterima kerja di salah satu perusahaan besar di jogja.

ketika tiba2 kabar duka itu datang, aku harus pulang ke jakarta dan menghadiri pemakan seluruh anggota keluarga ku yang tewas karena kecelakaan saat hendak melihat ku ke jogja, ayah ibu, kak dewa dan dani. semua tinggal kenangan, hapir habis seluruh air mata ku menangisi duka ini.

Hari ini juga aku harus pindah ke kantor baru di semarang ?kenapa harus mendadak? seribu pertanyaan dan rasa kesal menyatu tapi demi tugas dan tanggung jawab aku coba untuk melanjutkan perjalanan.
"maaf pak saya terlambat karena harus mengurus masalah keluarga dulu " elakku pada atasan baru yang hanya menerimaku dengan kursi yg membelakangi ku.
"apakah keluarga lebih penting dari tanggung jawab kerja?" suara itu.. seperti tak asing lagi ditelinga ku.
"ya pak..keluarga akan selalu menjadi prioritas utama saya " aku masih terheran2 dengan sambutan atasan ku ini dan mencoba mengingat2 suara itu?.
"ternyata kamu tidak berubah shinta kau rela melakukan apapun demi keluarga mu" jantung ku hampir berhenti berdetak ketika si empunya suara membalikan kursinya.

"Herman...??" aku hanya bisa diam dan terbelalak tak menyangka setelah 10 tahun akhirnya aku bertemu lagi dengan Herman cinta pertama ku, yang kini menjabat sebagai atasan ku

Namaku Shinta prameswari umur 28 tahun dan hari ini sudah menjadi istri seorang Hermanyah. Ternayata benar sejauh apapun aku hindari "kalau jodoh takkan kemana"