Jumat, 03 Agustus 2012

Andai Dia tahu


lagu sedih itu kembali kuputar menemani hari2 ku yang mebosankan, ah..andai saja waktu bisa kuputar aku ingin hari yang ku lalui bersama Dimas terulang kembali.
"kenapa sih suka banget dibonceng pake sepeda kumbang si Dimas? .pasti dah kena pelet" semua teman2 ku selalu mengolokku setiap kali melihat aku pulang diantar dengan sepeda kumbang dimas, sementara beberapa teman yang lain selalu ku tolak setiap menawari ku pulang dengan motor nya.

entah apa yang menarik dari Dimas, sosok culun bahkan hampir bisa di kategorikan ndeso, tapi kesederhanaan itu yang membuat aku tertarik padanya. setiap kali aku uring2an dan malas pulang ke rumah dengan sabar Dimas menemani ku berputar2 di sepanjang jalan disekitar sekolah, setiap aku ngomel dan ngedumel karena pr atau dimarahi guru Dimaslah yang selalu setia mendengarkan ocehan ku.

"Besok aku akan ke magelang, aku diterima di akmil" hanya kata2 itu yang selalu aku ingat, karena kata2 itu pula aku pulang tanpa sepatah katapun dan membiarkan dimas terdiam ditemani sepeda kumbangnya. "ayoo kejar aku dan jangan biarkan aku berlalu" rasanya teriakan hati ku saat itu sia2.

Dimas tetap pergi dan meninggalkan aku dengan kesendirian ku, ah begitu bodoh kah dia hingga tidak menyadari hati ku terluka..?

lima tahun berlalu tanpa kabar, perlahan akupun hampir bisa melupakannya,tapi entah mengapa aku tak pernah tertarik pada sosok laki2 lain, tidak ada laki2 yang seculun dan sendeso dimas terkadang aku berpikir seperti apa sosoknya sekarang.

Dari kejauhan rumah ku terlihat ramai dengan beberapa mobil dan orang2 yang baru saja keluar dari rumah aneh..sepertinya tidak ada acara apa2 saat aku pergi tadi.
"ini loh Rima yang ditunggu2" tiba2 saja ibuku menarik tangan ku saat memasuki pintu rumah dan mengenalkan ku pada para tamu. dengan kebingungan aku menyalami semua tamu yang datang.
"wah..cantik yah pamtesan Aryo pengen buru2 ngelamar takut di samber orang kali" celoteh salah seorang tamu. " lamaran..? Aryo?  duh..apalagi ini..?" aku hanya bisa tersenyum dalam kebingungan.

"mau kan menjadi istri ku..?" tiba2 saja suara seseorang mengagetkan ku diantara kerumunan orang yang sedang keluar tiba2 saja ada sosok seseorang yang sudah lama ingin aku lihat. Dimas tidak lagi culun dan Ndeso seperti dulu ohh dia begitu gagah dengan seragam angkatan lautnya.
"Dimas?? koq kamu bisa ada disini, ngapain?" tanya ku seperti orang bodoh karena begitu terkejut.
"mau jemput kamu, kalau kelamaan nanti kamu uring2an lagi" goda dimas sambil tersenyum nakal.
ahh..kepala ku pusing, tapi hati ku berbunga2, perasaan apa ini??

pada kesempatan lain, saat berdua dimas menceritakan kenapa dulu dia terpaksa meninggalkan aku.
"bukannya aku tidak tau perasaan mu, tapi aku ingin menjadi seseorang yang berarti untuk mu dan menjadi seseorang yg bisa kau banggakan untuk bisa mendampingi hidupmu, kalau aku ndeso terus mana kamu mau..??" itu alasan Dimas kenapa dia berkeras meninggalkan aku dan menggapai cita2nya.
"kenapa gak pernah kasi kabar? trus kalau aku keburu di lamar orang gimana?" aku masih kesal dengan kehadirannya yg tiba2 walau jauh di dalam hati ku ada bahagia yang tak terkatakan.
"dilamar orang? aku kenal kamu rima, hati mu sudah terisi penuh dengan sosok ku kan?, lagian sebenarnya aku selalu tau perkembangan mu dari mas prio " dimas tertawa tak henti2 melihat aku yg uring2an.

"Dasar.. Aryo Dimas liat aja nanti aku akan buat hidup mu sengsasara, kamu akan rasakan apa yang aku rasakan selama ini" teriakku sambil memkul manja dadanya.
"bukan cuma kamu yang sedih, aku juga, tapi keinginan ku untuk menjemput mu yg buat aku kuat, itu sebabnya begitu tamat aku langsung melamar mu, jangan marah lagi yah" pintanya dengan dengan tersenyum, ahh senyum itu yang dulu selalu buat aku tenang. sekarang aku tak pernah lagi berharap Andai dia tahu perasaan ku...




Beri aku kesempatan kedua

Punya jabatan, tampang yang lumayan, tapi kenapa susah dapat jodoh ya..?? paling tidak itulah kata2 yang sering di bisikkan semua orang setiap melihat aku. ah..persetan dengan semua pemikiran orang2 toh mereka tidak pernah tau apa yang pernah aku alami.

Maya...yah bayangan gadis lucu itu belum bisa beranjak dari otakku, walau hanya dekat selama 3 tahun tapi butuh waktu hampir 10 tahun untuk mengeluarkan bayangannya dari otakku.
"ah..jangan pura2 bego deh..maya kan suka sama kamu" begitu kata teman2 ku setiap kali melihat aku cuek dan tidak respon akan kehadiran maya..tapi gadis itu selalu tersenyum ramah, mengajakku bercanda setiap kami bertemu. 3 tahun menjadi asisten dosen di kampus tempat kami menimba ilmu toh tetap tidak bisa membuat aku menyukai Maya.

"hei besok aku akan menikah" tiba2 saja maya mengejutkan aku dengan kabar yang begitu tiba2.
"menikah..? dengan siapa? koq tiba2 banget sih, gak pernah tau pacaranya tau2 dah mau merit aja" jawab ku dengan hati yang berdegup kencang. entah kenapa tiba2 saja aku merasa begitu kehilangan sepertinya kaki ku melayang dan tidak menapak di bumi.
"dengan teman kakak ku, itu pun dijodohkan abis nungguin kamu kelamaan" Maya masih bisa tertawa dan bercanda seperti biasa tanpa dia tau hati ku seperti disayat sembilu. hampir semua teman2 ku menyalah kan aku mengapa aku tak pernah menanggapi sinyal cinta yang di berikan maya.aku sendiri juga bingung dengan perasaan ku apakah aku benar2 menyukainya atau tidak, tapi yang pasti kepergian maya membuat aku kehilangan separuh jiwa ku.

"pak para pelamar sudah siap untuk interview" tiba2 suara seorang staff membuyarkan lamunan ku. hampir 2 jam menginterview tak satupun dari pelamar yang cocok di hati ku, dan ini pelamar terakhir aku hampir ogah2an menyambutnya. ketika tiba2 pintu terbuka dan masuklah sosok yang begitu aku rindukan.
"maya..?" cuma itu kata2 yang bisa aku ucapkan. didepan pintu maya tersenyum lebar dan tertawa memanggil nama ku.
"prasss..koq..bisa.." kalimatnya terhenti ketika melihat aku bingung dengan suasaa pertemuan yang tidak terduga.

 "suamiku meninggal 2 tahun yang lalu, sekarang aku terpaksa mencari nafkah untuk menghidupi kedua anakku" begitulah cerita singkat maya. sementara aku hanya terdiam mendengarkan cerita sedihnya, ahh..andai saja aku bisa memeluknya pasti aku akan melakukannya.

"maaf may..sepertinya aku tidak bisa menerima mu di kantor ku, kamu kurang qualified" jawaban ku membuat maya tertunduk lesu dan hampir menangis, ohh..mendung dimatanya pliss jangan sampai tumpah menjadi hujan air mata.
"gak apa2 pras aku bisa ngerti koq" maya berusaha tersenyum dan berdiri dari kursinya.
"terimakasih sudah mau memberiku kesempatan, aku permisi dulu ya" tiba2 saja aku punya keberanian untuk menarik tangannya dan membenamkannya dalam pelukkan ku. setelah hampir 10 tahun aku kehilangan dia tak akan kubiarkan dia berlalu begitu saja.

"aku tidak ingin melihat mu di kantor ini, tapi aku ingin melihat mu ada dirumah ku, menemani aku setiap hari, dan mengahabiskan sisa hidupku bersama mu" maya hanya terdiam dan mencoba bersikap wajar, walau aku tau dia juga punya perasaan yang sama dengan ku.

"pliss beri aku kesempatan kedua " pinta ku dengan memelas, maya hanya tersenyum mengangguk. apakah ini sebuah kebetulan atau kan takdir yang harus aku jalani. tapi yang pasti aku tidak ingin kehilangan maya untuk kedua kalinya.

Cerita Dulu...

Mudik kata unik yang selalu ku nanti2, menyusuri jalanan ke sekolah ku dulu sepertinya aku masih bisa merasakan bau lumpur persawahan yang dulu begitu aku benci. Mata ku terpaku pada sebuah rumah mungil nan asri, masihkah disana ada Danil..? teman smp ku yang dulu suka mengejar2 ku sepanjang jalanan menuju sekolah." hei kancil...kancil kecil..tunggu" danil selalu berteriak2 dan mengolokku membuat aku terus berlari seperti kuda pacu untuk menghindarinya.

"nina..? kapan datang ?" seseorang menyapa ku dengan ramah dan mengagetkan aku dari lamunan tentang danil.
"Danil..? " ah..aku hanya bisa bengong dan tersenyum gugup.
"hallo..masih aja suka bengong ntar kemasukan setan loh" danil kembali mengolokku dengan jahil.
"iya nih..baru kemaren nyampe dan skrg pengen jalan2 lihat2 sekolah kita dulu"
"emang knp? ada yang di kangenin ya di sekolah dulu?" ah danil memang gak pernah berubah selalu  bercanda.
"enak aja..yg di kangenin sih gk ada tapi kl yg nyebelin sih ada yg suka buat bete suka ngejar2 ihh..amit2 deh"  aku hanya menjawab seenaknya, tapi tiba2 danil diam dan memandang lurus kedepan membuat aku sedikit ketakutan.
"kamu tau kenapa aku selalu mengejar2 mu saat smp dulu??" tanya danil dengan tatapan dingin, tatapan yg  belum pernah kulihat sebelumnya. aku hanya menggeleng ketakutan.
" jujur dulu aku begitu menyukai mu, tapi sayangnya kau tidak pernah memberiku kesempatan tapi..ya sudahlah...bukankah kau sekarang bahagia?? " danil tersenyum walau sedikit terpaksa aku hanya bisa mengangguk ketika danil pergi dan berlalu.


"Hah..?? ketemu danil..??? gak mungkin " dari cerita tiara aku baru tau kalau sejak tamat smp danil tidak melanjutkan sekolah nya dan memilih bekerja di sebuah pabrik pengolahan besi demi menghidupi keluarganya. sampai satu ketika sebuah kecelakaan terjadi di pabrik tempat kerja danil dan dia termasuk salah satu korban di dalamnya. tanpa terasa mata ku gerimis, dan kejadian senja tadi...?? ah danil ternayata itu yang ingin kau sampaikan pada ku sejak dulu...maafkan aku Danil.



25 minutes to late

Jeri dan Raka, dua laki2 yang pernah dekat dan menginginkan aku menjadi istrinya. Jujur hati ku tak bisa memilih salah satunya. Jeri adalah seorang mahasiswa tehnik tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi di makasar sedang Raka adalah seorang karyawan swasta biasa di sebuah perusahaan di jogja.

Tahun ini umur ku akan menginjak 24 tahun, dan aku ingin mengakhiri masa sendiri ku di umur 25 tahun, berarti tinggal 1 tahun lagi waktu yang tersisa. tapi entah kenapa aku masih belum bisa memutuskan yang mana....???. sementara jeri dan Raka sudah berkali2 meminta ku untuk memberikan jawaban atas cinta mereka ah..pusing.

malam ini aku tahajud dan sholat istikhara memohon jawaban atas semua ragu ku. ya "Allah yang maha mengetahui berilah perunjuk siapakah yang terbaik untukku" begitulah kira2 pinta ku.

tepat jam 6 pagi Raka menelpon ku dan mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 24, dia tak banyak bicara seperti biasanya hanya menjawab semua tanya ku. "bicaralah yang banyak karena aku cuma pengen dengar suara mu" hanya kata2 itu yang selalu dia ucapkan ahh..gombal.

jam 06.25 jery pun menyusul menelpon ku mengucapkan selamat ulang tahun untuk ku. kali ini dia bertanya apakah dia yg pertama ?, " sayang jer sudah ada yg duluan " jawab ku sambil bercanda.

setahun kemudian saat usia ku tepat 25 tahun, aku sudah berada di jogja mengikuti suami ku, walau terlambat 25 menit ternyata jeri bisa menerima keputusan ku.

Kamis, 02 Agustus 2012

Tulisan Tangan Kiri

Namanya Bimo, dia anak pertama ku sebenarnya dia tergolong anak yang cerdas karena sudah bisa membaca di usianya yg ke 3 tahun, tapi untuk hal menulis Bimo memang kurang suka.

berkali2 aku mengajarinya menulis dari mulai dengan cara halus, marah dan bahkan menukul jarinya2 kecilnya, tapi semuanya sia2.tulisan bimo tetap tak sebagus harapan ku.

Pagi itu aku beranjak ke sekolah TK tempat Bimo belajar, ada seminar parenting dari seorang psykolog. ketika semua ibu diminta menuliskan nama anak2 nya aku pun menuliskannya dengan semangat, setelah itu dia meminta ibu2 untuk kembali menulis nama anak2nya dengan tangan kiri. yah walaupun jelek tapi aku bisa menuliskan nama lengkap Bimo dengan baik.

sesaat sang pembicara yg seorang psykolog itu bertanya " ibu2 mana bagusan tulisan dengan tangan kiri atau kanan? serempak ibu2 menjawab tangan kanan. lalu dia kembali bertanya " sulitan mana menulis dengan tangan kiri atau kanan? ibu2 kembali menjawab tangan kiri.

"itulah yang dirasakan anak2 kita bunda, saat dia sedang belajar menulis , mungkin bagi kita yg sudah dewasa  menulis huruf yg tersulit sekalipun adalah hal yang sepele, tapi untuk anak2 kita menulis sebuah huruf yang gampang sama seperti menulis dengan tangan kiri"

ups tanpa terasa mataku basah terbayang wajah Bimo kecil ku, ada rasa sesal yang mengganjal di hati ku, maafkan mama nak, mama janji akan lebih sabar melatih mu menulis.



Rabu, 01 Agustus 2012

Kalau jodoh takkan kemana


Nama ku Shinta prameswari umur 18 tahun. Herman adalah laki2 pertama yang ada dalam hidupku, tapi sayang semua keluarga ku menentang cinta monyet ku saat di sma, memang dia hanya anak seorang janda yg berkerja serabutan tapi cinta tak pernah memandang semua itu.

Aku harus pindah sekolah ke jogja?? itu keputusan keluarga untuk menjauhkan aku dengan herman. bartahun2 aku menyibukkan diri dengan studi ku dan berusaha membuang jauh2 bayangan herman. sampai akhirnya aku lulus kuliah dan diterima kerja di salah satu perusahaan besar di jogja.

ketika tiba2 kabar duka itu datang, aku harus pulang ke jakarta dan menghadiri pemakan seluruh anggota keluarga ku yang tewas karena kecelakaan saat hendak melihat ku ke jogja, ayah ibu, kak dewa dan dani. semua tinggal kenangan, hapir habis seluruh air mata ku menangisi duka ini.

Hari ini juga aku harus pindah ke kantor baru di semarang ?kenapa harus mendadak? seribu pertanyaan dan rasa kesal menyatu tapi demi tugas dan tanggung jawab aku coba untuk melanjutkan perjalanan.
"maaf pak saya terlambat karena harus mengurus masalah keluarga dulu " elakku pada atasan baru yang hanya menerimaku dengan kursi yg membelakangi ku.
"apakah keluarga lebih penting dari tanggung jawab kerja?" suara itu.. seperti tak asing lagi ditelinga ku.
"ya pak..keluarga akan selalu menjadi prioritas utama saya " aku masih terheran2 dengan sambutan atasan ku ini dan mencoba mengingat2 suara itu?.
"ternyata kamu tidak berubah shinta kau rela melakukan apapun demi keluarga mu" jantung ku hampir berhenti berdetak ketika si empunya suara membalikan kursinya.

"Herman...??" aku hanya bisa diam dan terbelalak tak menyangka setelah 10 tahun akhirnya aku bertemu lagi dengan Herman cinta pertama ku, yang kini menjabat sebagai atasan ku

Namaku Shinta prameswari umur 28 tahun dan hari ini sudah menjadi istri seorang Hermanyah. Ternayata benar sejauh apapun aku hindari "kalau jodoh takkan kemana"