Rabu, 06 November 2013

Marriage by Accident


Pernikahanku berawal dari sebuah kecelakaan??, bukan berarti aku hamil duluan sebelum menikah. mengenal seseorang melalui internet, mungkin hal yang biasa. tapi melamar dan merencanakan pernikahan via chating tanpa bertemu?? sama seperti membeli kucing dalam karung.
"ohh..c'mon dont be sad..i'm looking for a husband would you be my hubby??" tulis ku pada layar komputer di depan ku. waktu itu seseorang teman chating ku sedang berbagi kisah tentang kegagalan percintaanya dengan seorang gadis pujaan hatinya.

" are you crazy???  balasnya nya,  "no i'm not, i'm serious" balas ku lagi. speachless waktu dia bilang "ok i will marry you next years" whatttt...????.  semua teman-teman ku kaget dan terperangah mendengar cerita ku. tapi semua sudah terjadi. joke yang aku lontarkan untuk menghibur hatinya yang sedang galau ternyata menjadi bumerang untuk ku.

"bagaimana kalau wajahnya seperti mandra??  atau tangannya kanan semua, atau dia sudah punya istri atau malah sudah punya cucu??" berbagai pertanyaan aneh di lontarkan temen-temanku. "entalah" aku hanya menggelengkan kepala tanda bingung.

bukannya aku tak memikirkan semua pertanyaan aneh itu, tapi entah kenapa aku juga tak punya kekuatan untuk mengatakan bahwa aku hanya bercanda. dan akhirnya rasa bersalahlah yang ada dalam hati ku, rasa kasihan karena dia benar-benar mengharapkan cinta ku. 

keraguan itu pasti ada, ragu apakah aku bisa..??? apakah aku akan bahagia..?? apakah dia orang yang baik dan bukan seorang psikopat??? hahaha, pertanyaan-pertanyaan aneh itu mulai muncul di kepala ku. 

"yakin mau di lanjutkan??" tanya ku pada pertemuan pertama kami. " yup yakin" begitu yakinnya dia berkata, sampai membuat keringat dingin ku mengalir. tak kusangka guyonanku bersambut begitu serius.

seperti mimpi saat harus bersanding dengannya di pelaminan, semua teman-temanku tidak hanya memberikan ucapan selamat tapi juga meledekku dengan dengan kata-kata "marriage by accident"
tapi kecelakaan itu sudah memberiku sepasang anak yang lucu hingga hari ini. yakin lah jodoh mu akan datang tepat pada waktunya,

Sabtu, 02 November 2013

melangkah lah....



Selalu ada Awal untuk segala hal, dan selalu ada akhir untuk segalanya. tak ada pesta yang tak usai dan tak ada tangis yang tak berakhir. meskipun langit tak selalu berwarna biru, karena di penghujung hari akan  ada temaram senja berwarna jingga. namun esok semuanya akan berganti dengan sinaran indah sang mentari pagi. karenanya jangan pernah ragu untuk memulai sebuah langkah.

Cinta di penghujung senja




Firman :
Tak pernah terbayangkan oleh ku di usia ku menjelang senja ini, aku justru duduk di kursi pesakitan, didepan majelis hakim pengadilan agama. Suci istri ku yang telah kunikahi hampir 30 tahun lebih menggugat perceraian atas diriku. Dalam diamnya ternyata dia menyimpan semua kekesalan hatinya atas perselingkuhanku selama ini, yah,,aku sudah menghianatinya lebih dari sepuluh tahun, sejak aku membeli sebuah mobil hasil dari tabungan yang di kumpulkan istri ku, bukannya aku pergunakan mobil itu untuk membahagiakan anak dan istriku, tapi aku justru memulai petualangan ku dengan perempuan lain. Pagi ini aku melihat suci begitu cantik di mataku dengan gaun panjang berwarna jingga, yah warna yang begitu dia sukai. "jingga itu warna sunset, warna yg indah untuk sebuah perpisahan"  begitu yang pernah dia katakan kepadaku sewaktu berpacaran dulu. entah kenapa kenagan-kenagan indah bersama suci tiba-tiba saja mengalir deras. mata ku nanar menatap tubuh kurus nya, meski berbalut gaun indah guratan kesedihan di matanya masih terpancar jelas. Tuhan, aku lupa kapan terakhir kali memujinya rasanya hampir tak pernah aku mengatakan dia cantik, tapi pagi ini aku begitu ingin memeluk tubuh kurusnya, aku ingin sekali mengatakan betapa cantik dan anggunnya dia. Bunyi ketukan  palu hakim tiba-tiba mengagetkan aku, aku tak mampu berkata-kata, lidah ku keluh dan bumi yang kupijak seperti melayang. dalam hitungan detik aku sudah menjadi seorang duda. aku hanya terduduk lemas di kursi ku, sementara suci berjalan keluar dengan santai tanpa menoleh sedikitpun kepada ku. terbayang aku kan menjalani sisa usia ku dalam kesepian, tanpa senyuman dan belaian seorang istri. Istri..?? masih layakkah aku menyebut kata itu? rasanya penyesalanku sudah tak berujung.


Suci:
Pagi ini ada rasa sukacita dan dukacita yang saling bergelora dalam dada ku, sukacita karena akhirnya aku bisa menumpahkan semua duka dan kesedihan yang ku pendam selama hampir sepuluh tahun ini. aku hanya menunggu kedua anakku siap untuk hidup sebagai keluarga yang tak utuh. hal terberat dalam hidup ku sudah aku lalui, memberitahukan gugatan cerai ku atas diri ayah mereka. karena mereka sudah berkeluarga mungkin mereka sudah paham akan arti sebuah penghianatan dan perselingkuhan. duka terdalam yang selalu aku simpan akhirnya dapat aku ungkapkan dan aku selesaikan. aku tak berani beradu pandang dengan mas firman, karena aku tahu di dasar hati ku terdalam cinta itu masih ada, cinta yang tercabik-cabik oleh sebuah penghianatan namun masih aku simpan dengan utuh. aku tahu dia pasti kecewa aku tahu dia pasti menyesali semuanya tapi apa hendak dikata, hati rapuh ku tak sanggup lagi menyimpan semua duka ini. hati ku perih saat melihat butiran air mata itu mengalir di wajah tuanya. aku ingin menghapus nya dengan tangan ku dan mengatakan "semua akan baik-baik saja walaupun kita terpisah" ingin rasanya menggenggam dan mencium tangan orang yang begitu aku hormati seperti dulu waktu masih bersama, tapi hatiku tak sanggup. entah kenapa kebencian yang menggunung selama bertahun-tahun ini mendadak luluh air mata ku menggantung di kelopak mata . aku berlalu begitu saja membawa derai air mata ku.

Minggu, 06 Oktober 2013

Cinta dalam Sepotong Kue


Mata ku nanar melihat sosok suami istri yang berada di depanku, ingatan ku seperti terbawa ke masa puluhan tahun silam, saat aku masih bersekolah di sebuah SD inpres di sebuah desa yang terpencil. untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sekeluarga, aku dan adik2 ku terpaksa berjualan kue di sekolah. "Sutiya" nama itu masih ku ingat, anak perempuan sederhana itu selalu membeli daganganku 2 buah satu untuk dimakannya sendiri dan satu nya lagi selalu dia berikan untuk ku. "kamu sudah makan?"tanya seorang gadis kecil yang membeli kue ku. aku hanya menggeleng seadanaya, "ibu ku akan menghitung semua uang hasil penjualan kue ku, kalau aku makan nanti hasil jualannya akan berkurang" jelas ku padanya. sejak saat itu setiap hari dia membeli kan aku kue yang ku jual sendiri. enatah berapa lama aku pun tak menyadari kalau sutiya tidak pernah lagi membeli kue daganganku. dari kabar yang aku dengar dia pindah ke kota lain bersama keluarganya,

Masa berganti kulalui dengan perjuangan berat untuk menamatkan sekolah ku, hingga akhirnya aku mampu menamatkan sekolah kedokteran ku dan menjalankan tugas pengabdianku di desa ini. pasangan suami istri yang ada di hadapanku ini memohon agar di berikan keringanan untuk membayar biaya persalinan istrinya, tapi wajah itu...wajah wanita itu sepertinya tak akan pernah kulupa. "sutiyah" suara ku tertahan dan mata ku nanar menatapnya. wanita itu menatapku penuh rasa heran, " yah saya sutiyah bu, dari mana ibu taunama saya? " tanya nya bingung 

"masih ingat aku..? si penjual kue kecil di SD dulu? " tanya ku kembali. tiba2 wajah sutiyah bebinar sambil tersenyum diapun mengangguk "yahh..aku ingat..jadi..itu kamu??" tanya nya lagi. seketika tawa dan tangis kami menyatu dalam pelukan hangat dua orang sahabat yang telah lama terpisah.

Selasa, 10 September 2013

Lelaki Ku

Mungkin lelaki mu tak pernah memberikan mu bunga, mengajak mu Candle light Dinner, atau membelikan mu cincin berlian mewah. Janganlah buru2 memberinya cap tak romantis atau   tak cinta.

6 bulan ini statusku berubah menjadi istri, di tambah dengan rasa mual,capek dan segala keluhan Morning sick akibat kehamilan ku yang baru berjalan beberapa bulan. membuat aku sedikit sensitif. apalgi kalau di lihat dari perubahan keseharian makin membuat aku stress. sebelum menikah aku yang bekerja di sebuah perusahaan asing selalu disibukkan dengan urusan kantor, dering telepon meeting, dan lembur sampai malam, dan yang terpenting setiap saat aku punya uang dari hasil gaji ku sendiri, bebas mau kemana dan beli apapun yang aku suka.

"jangan kemana2 ya" "jangan lupa minum obat, minum susu" enatah berapa banyak wejangan yang harus aku denger setiap kali mengantarnya berangkat kerja. tidak boleh ini tidak boleh itu jangan kesana atau kemari hufttt...buat perut ku semangkin mual kalau ingat kata2nya.
"bosen atuh jeng di rumah terus, jalan2 yuk kebetulan ada mall yang baru buka tuh banyak promonya loh" ajak seorang tetangga ku dan diiyakan oleh para ibu2 yang lainya, membuat aku semakin iri dengan kebebasan para ibu tetanggu.

Kuberanikan diri untuk membujuk mas willy biar dapat ijin keluar rumah sekedar cuci mata, "yakin bisa?? " tanyanya sambil mengernyitkan dahi tak percaya. "bisa cuma ke mall sebentar aj" rengekku. akhirnya ijin itu turun, dengan berat hati, mas willy mengijinkan aku pergi dan memberiku beberapa lembar uang ribuan.
sesampainya di mall aku sibuk keluar masuk toko dan bergerombol bersama wanita2 lain yang menyaksikan ramainya acara grand opening. setelah capek berjejalan akupun makan di sebuah food cort tapi alangkah terkejutnya aku ketika hendak membayar mkanan baru aku sadari kalau dompet ku telah raib, sesaat aku terduduk lemas dan diam dilanda kebingungan, aku hanya bisa menangis dan menelpon mas willy untu di jemput.
Mas willy datang dengan terburu2 di wajahnya kulihat sejuta kekhawatiran, "kamu baik2 saja?" tanyanya sambil memelukku. setelah membayar makanan dia membawaku pulang ke rumah. di perjalanan aku hanya diam membisu menyesali semua yang terjadi hari itu. seperti mengrti kegundahan dan ketakutan ku mas willy juga tidak menanyakan apa2 dia hanya mengusap bahu ku.
Di rumah aku buru masuk ke kamar, mengganti pakaian dan tertidur karena aku benar2 lelah. saat terbangun ku lihat di atas meja sudah tersedia sepiring nasi goreng, dan teh mansis hangat, tanpa di suruh aku langsung melahapnya. "laper bu mil..?" tanya mas willy sambil tersenyum. dia melanjutkan acara menonton tv dan tak banyak komentar tentang peristiwa hari itu.
selesai makan aku pun mengikutinya menonton tv, duduk disampingnya sambil bergelayut manja di lengannya. "sekarang tau kan? kenapa aku selalu melarang mu pergi kemana2? itu karena kamu pelupa,suka lupa meletakkan hp, kunci, dan juga dompet" ternyata dompetku yang berisi uang yang diberikan mas willy tertinggal di laci meja rias ku, aku hanya membawa dompet yang biasa ku bawa untuk belanja.

"masih mau jalan2 sendiri? tanya mas willy sambil mengelus2 kepala ku. aku hanya menggeleng dengan lesu. tanpa tersa terbayang keluhan2 ku tentang mas willy, terlalu otoriter tidak pengertian, tidak romantis dan masih banyak lagi.

bayangan tentang mas willy yang datang tergopoh2sehabis menerima telpon ku tadi siang membuat aku sadar, sekalipun dia tidak romantis, tidak pernah memberiku bunga atau hadiah mewah lainnya tapi kekhawatiran di matanya menunjukkan betapa besar cintanya untu ku. saat membawa ku pulang dengan motornya dia memberikan jaketnya agar aku tidak kedinginan, dan dia juga terpaksa berbohong pada atasan nya hanya untuk bisa pulang dan menjemput ku. dia juga tidak pernah marah dan menghakimi ku atas semua kesalahan ku, kesalahan seorang istri juga tanggung jawab suami begitu katanya

tanpa terasa mata ku gerimis dan air mata ku mengalir membasahi dadanya, aku semakin erat memeluknya dan membenamkan kepala ku ke dalam pelukkannya, benar juga kata orang bahwa tempat yang paling nyaman untuk seorang wanita adalah berada dalam dekapan seorang lelaki yang mencintainya.


bogor 10 september 2013


Kamis, 05 September 2013

kutemukan cinta dalam kebencian


Jodoh itu rahasia Allah, setidaknya itu yang dulu selalu aku dengar. Sekuat apapun kau menghindari atau membenci seseorang cinta itu akan selalu menemukan jalannya untuk bersatu. Siapa sangka lelaki yang dulu begitu aku benci karena keisengan dan kejahilannya justru sekarang mengisi hari2 ku. Jangankan untuk bertemu,
mendengar namanya saja dulu bisa membuatku mual. mulai dari mengempeskan ban sepeda sampai memasukkan batu2an ke dalam tas ku dan semua ejekannya setiap hari selalu membuat aku menangis.

tapi satu yang aneh dari sikap Dewa, dia selalu ada didekatku dimanapun aku berada, disekolah, kantin, tempat les sampai ditempat pengajian sekalipun. dia seperti kutu yang menempel di kepala dan membuat aku selalu tak nyaman. tiada hari tanpa ledekan atau sikap jahilnya dan setiap hari pula wajahku selalu bergelayut kesal setiap bertemu dengannya. bahkan masih terngiang suara tawa nyaringnya, atau teriakan nakalnya setiap kali berhasil membuatku marah.

kuliah...saat itulah aku terbebas dari kenakalan dewa si pembuat onar, karena waktu itu dewa di terima kuliah di ITB tanpa tes. hari2 ku begitu menyenangkan sesaat, karena aku begitu menikmati dunia baru ku sebagai mahasiswi di perguruan tinggi negeri di kota ku. sebenarnya masuknya aku ke perguruan tinggi negeri pun di dorong oleh rasa kesal karena Dewa selalu meledekku, Dia bilang aku tak pantas kuliah apalagi masuk di universitas negeri, kalaupun masuk aku pasti gak bakalan bisa keluar atau lulus, hahahaha ingin rasanya tertawa didepan mukanya saat bertemu dan bilang kalau aku tidak sebodoh yang dia kira.

Di awal2 kepergian Dewa ke bandung seperti ada angin segar yang selalu menerpa hari2 ku, tetapi lama kelamaan baru rasa sepi itu hadir menggoda. setiap membuka jendela kamar yang langsung berhadapan dengan kamarnya seperti ada sesuatu yang hilang. Karena dulu setiap kali aku membuka jendela selalu ada wajah badung Dewa dengan muka anehnya yang selalu membuat aku gerah.

Lama2 aku berpikir bahwa semua yang di lakukan Dewa hanyalah untuk menarik perhatianku saja, sepertinya dia tidak bermaksud menyakiti atau menyinggung ku, tapi perhatian anehnya terkadang justru membuat aku ilfil. Dulu aku pernah turun dari angkot di saat hujan walaupun rumahku masih jauh hanya untuk menghindari ejekannya, tapi yang ada Dewa malah menunggu ku di depan gang sambil membawakan aku payung dan terus meledekku dengan sebutan gadis cengeng. aku berusaha menghindarinya dengan mendorong nya menjauhi ku. tapi Dewa tetaplah Dewa, bukannya menjauh dia semakin menarik tangan ku dan memayungiku sampai rumah.

Tanpa terasa hampir enam tahun sudah aku tak melihat wajah badung Dewa, dan akupun sudah melupakan kenakalan2nya. faktor umur mungkin membuat aku tak lagi memikirkan sikap nakal Dewa yang kekanak2an itu. sampai pada suatu malam sepulang kerja aku bertemu kedua orang tua Dewa di rumah ku. entah apa yang di bicarakan para orang tua itu, tapi kelihatanya begitu serius. 

Pagi itu kali pertama Dewa kerumah setelah 6 tahun kepergianya, woww...cuma itu yang bisa ku teriakkan dalam hati, karena Dewa yang ada di depan ku bukan lagi bocah nakal nan jahil, tapi sosok pemuda dewasa yang...alamak...senyum itu yang dulu begitu aku benci entah  kenapa seketika begitu manis terlihat. 

Dewa mengajakku keluar dan menemui teman2 sekolah dulu  mulai dari teman SD, SMP dan SMA dari semua teman yang kami temui aku seperti mendapatkan reaksi yang sama, semua menanyakan kapan kami akan menikah..???, mungkin hanya aku yang terdiam bengong setiap kali di tanya pertanyaan yang sama, tapi Dewa tampaknya tidak begitu kaget dengan pertanyaan teman2 ku, dia hanya menjawab "Insyaallah secepatnya" sambil melirik nakal ke arah ku dan sesekali tertawa terbahak melihat kebingungan ku.

Aku bosan dengan semua teka teki ini, tanpa basa basi aku memberondong Dewa dengan pertanyaan2 yang sedari tadi aku simpan di kepalaku, saat kami berdua di Mobil. Bukan dewa namanya kalau tidak bisa membuat aku kesal, bukannya menjawab pertanyaan2 ku, tentang rencana pernikahan yang sedari tadi di bicarakan dengan teman2 ku, dia malah tersenyum dan senyum itu kembali membuat aku mual. aku mohon penjelasannya sekali lagi.

Akhirnya Dewa menepikan mobilnya di sebuah cafe dan mengajakku turun, "aku akan jelaskan semuanya" cuma itu yang keluar dari mulutnya dan senyuman itu..benar2 membuat aku muak. aku diam dan tak beranjak sedikitpun dari kursi mobil aku meminta penjelasan secepatnya dari Dewa. sepertinya kali ini Dewa tau kalau aku benar2 marah.

Dewa terdiam sesaat dan menatapku sebelum dia bicara dan menjawab semua pertanyaanku. " maaf kalau aku membuat mu bingung...." itu kata2 pertama dewa saat mencoba menjelaskan. " aku tau kau membenciku sejak saat kita sama2 di disekolah dulu, tau kenapa aku selalu menyembunyikan buku2 mu dan mengembalikannya kerumah mu pd malam harinya? atau kenapa aku selalu berada satu angkot dengan mu setiap pulang dan pergi sekolah? apa kau pernah berpikir kenapa setiap kali kau membuka jendela kamar mu kau akan selalu melihat wajah ku?"  aku menggeleng dengan lesu dan malas menjawab pertanyaanya. " itu karena aku selalu ingin melihat mu dan ada di dekat mu, aku ingin melindungi mu dan selalu ada setiap kau butuhkan" jawaban Dewa seperti sebuah petasan yang meledak di telinga ku. "Andin aku mnyukai mu sejak kita sekolah dulu, dan kepada semuaa teman2 aku selalu bilang bahwa kau adalah pacar ku dan aku akan menikahi mu, itu sebabnya tidak ada yang mengganggu mu sewaktu sekolah dulu"

kekagetanku rasanya tidak sampai disitu, karena seketika kaca mobil di ketuk seseorang dari luar. "Bimo..?" adik bungsu ku tiba2 datang dan mengajak kami masuk ke cafe" ayoo buruan semuanya sudah datang" ajak bimo tak sabar. Dewa membuka pintu dan menarikku keluar mobil. entah apa yang terjadi rasanya aku malas berpikir lagi.

Didalam cafe sudah ramai keluarga ku dan keluarga Dewa. Saat pembawa acara mempersilahkan kami duduk dan mengutarakan hajatnya aku hanya terdiam, bingung dan sedikit kesal karena malam itu tiba2 saja keluarga Dewa melamarku. seperti mengerti kegundahanku Dewa tak henti2nya menggenggam dan mengelus2 tangan ku seperti sebuah permintaan maaf dan meminta ku sabar.

Akhirnya hari yang melelahkan itu berlalu, ternyata sekian lama Dewa menyimpan cinta untukku, walaupun caranya mengungkapan cintanya menurutku cukup aneh dan ajaib. sebelum kepergiannya kuliah ke bandung ternyata dia sudah melamarku kepada orang tua ku, dan kepada semua teman2 dia menitipkan aku untuk menjaga ku. setelah dia tamat dan bekerja sekarang saatnya di ingin menikahi ku. walaupun awalnya sedikit kesal namun akhirnya aku menerima lamaran Dewa dan keluarganya tiga bulan kemudian kami menikah, dan Dewa membawa ku ke papua karena dia di tugaskan disana, saat ini aku sedang menanti kelahiran anak pertama kami. ternayata aku menemukan cinta dalam kebencian ku.



Bogor 6 september 2013









Minggu, 11 Agustus 2013

Mudik

Mudik atau pulang kampung adalah salah satu Tradisi unik di Indonesia, semua perantauan selalu ingin pulang  kekampungnya masing-masing di setiap hari Raya  seperti lebaran atau Natalan. terlepas dari plus minus nya Mudik, ternyata kebersamaan adalah hal yang penting bagi sebagian masayarakat Indonesia. "mangan ora mangan seng penting ngumpul"

'