Selasa, 10 September 2013

Lelaki Ku

Mungkin lelaki mu tak pernah memberikan mu bunga, mengajak mu Candle light Dinner, atau membelikan mu cincin berlian mewah. Janganlah buru2 memberinya cap tak romantis atau   tak cinta.

6 bulan ini statusku berubah menjadi istri, di tambah dengan rasa mual,capek dan segala keluhan Morning sick akibat kehamilan ku yang baru berjalan beberapa bulan. membuat aku sedikit sensitif. apalgi kalau di lihat dari perubahan keseharian makin membuat aku stress. sebelum menikah aku yang bekerja di sebuah perusahaan asing selalu disibukkan dengan urusan kantor, dering telepon meeting, dan lembur sampai malam, dan yang terpenting setiap saat aku punya uang dari hasil gaji ku sendiri, bebas mau kemana dan beli apapun yang aku suka.

"jangan kemana2 ya" "jangan lupa minum obat, minum susu" enatah berapa banyak wejangan yang harus aku denger setiap kali mengantarnya berangkat kerja. tidak boleh ini tidak boleh itu jangan kesana atau kemari hufttt...buat perut ku semangkin mual kalau ingat kata2nya.
"bosen atuh jeng di rumah terus, jalan2 yuk kebetulan ada mall yang baru buka tuh banyak promonya loh" ajak seorang tetangga ku dan diiyakan oleh para ibu2 yang lainya, membuat aku semakin iri dengan kebebasan para ibu tetanggu.

Kuberanikan diri untuk membujuk mas willy biar dapat ijin keluar rumah sekedar cuci mata, "yakin bisa?? " tanyanya sambil mengernyitkan dahi tak percaya. "bisa cuma ke mall sebentar aj" rengekku. akhirnya ijin itu turun, dengan berat hati, mas willy mengijinkan aku pergi dan memberiku beberapa lembar uang ribuan.
sesampainya di mall aku sibuk keluar masuk toko dan bergerombol bersama wanita2 lain yang menyaksikan ramainya acara grand opening. setelah capek berjejalan akupun makan di sebuah food cort tapi alangkah terkejutnya aku ketika hendak membayar mkanan baru aku sadari kalau dompet ku telah raib, sesaat aku terduduk lemas dan diam dilanda kebingungan, aku hanya bisa menangis dan menelpon mas willy untu di jemput.
Mas willy datang dengan terburu2 di wajahnya kulihat sejuta kekhawatiran, "kamu baik2 saja?" tanyanya sambil memelukku. setelah membayar makanan dia membawaku pulang ke rumah. di perjalanan aku hanya diam membisu menyesali semua yang terjadi hari itu. seperti mengrti kegundahan dan ketakutan ku mas willy juga tidak menanyakan apa2 dia hanya mengusap bahu ku.
Di rumah aku buru masuk ke kamar, mengganti pakaian dan tertidur karena aku benar2 lelah. saat terbangun ku lihat di atas meja sudah tersedia sepiring nasi goreng, dan teh mansis hangat, tanpa di suruh aku langsung melahapnya. "laper bu mil..?" tanya mas willy sambil tersenyum. dia melanjutkan acara menonton tv dan tak banyak komentar tentang peristiwa hari itu.
selesai makan aku pun mengikutinya menonton tv, duduk disampingnya sambil bergelayut manja di lengannya. "sekarang tau kan? kenapa aku selalu melarang mu pergi kemana2? itu karena kamu pelupa,suka lupa meletakkan hp, kunci, dan juga dompet" ternyata dompetku yang berisi uang yang diberikan mas willy tertinggal di laci meja rias ku, aku hanya membawa dompet yang biasa ku bawa untuk belanja.

"masih mau jalan2 sendiri? tanya mas willy sambil mengelus2 kepala ku. aku hanya menggeleng dengan lesu. tanpa tersa terbayang keluhan2 ku tentang mas willy, terlalu otoriter tidak pengertian, tidak romantis dan masih banyak lagi.

bayangan tentang mas willy yang datang tergopoh2sehabis menerima telpon ku tadi siang membuat aku sadar, sekalipun dia tidak romantis, tidak pernah memberiku bunga atau hadiah mewah lainnya tapi kekhawatiran di matanya menunjukkan betapa besar cintanya untu ku. saat membawa ku pulang dengan motornya dia memberikan jaketnya agar aku tidak kedinginan, dan dia juga terpaksa berbohong pada atasan nya hanya untuk bisa pulang dan menjemput ku. dia juga tidak pernah marah dan menghakimi ku atas semua kesalahan ku, kesalahan seorang istri juga tanggung jawab suami begitu katanya

tanpa terasa mata ku gerimis dan air mata ku mengalir membasahi dadanya, aku semakin erat memeluknya dan membenamkan kepala ku ke dalam pelukkannya, benar juga kata orang bahwa tempat yang paling nyaman untuk seorang wanita adalah berada dalam dekapan seorang lelaki yang mencintainya.


bogor 10 september 2013


Kamis, 05 September 2013

kutemukan cinta dalam kebencian


Jodoh itu rahasia Allah, setidaknya itu yang dulu selalu aku dengar. Sekuat apapun kau menghindari atau membenci seseorang cinta itu akan selalu menemukan jalannya untuk bersatu. Siapa sangka lelaki yang dulu begitu aku benci karena keisengan dan kejahilannya justru sekarang mengisi hari2 ku. Jangankan untuk bertemu,
mendengar namanya saja dulu bisa membuatku mual. mulai dari mengempeskan ban sepeda sampai memasukkan batu2an ke dalam tas ku dan semua ejekannya setiap hari selalu membuat aku menangis.

tapi satu yang aneh dari sikap Dewa, dia selalu ada didekatku dimanapun aku berada, disekolah, kantin, tempat les sampai ditempat pengajian sekalipun. dia seperti kutu yang menempel di kepala dan membuat aku selalu tak nyaman. tiada hari tanpa ledekan atau sikap jahilnya dan setiap hari pula wajahku selalu bergelayut kesal setiap bertemu dengannya. bahkan masih terngiang suara tawa nyaringnya, atau teriakan nakalnya setiap kali berhasil membuatku marah.

kuliah...saat itulah aku terbebas dari kenakalan dewa si pembuat onar, karena waktu itu dewa di terima kuliah di ITB tanpa tes. hari2 ku begitu menyenangkan sesaat, karena aku begitu menikmati dunia baru ku sebagai mahasiswi di perguruan tinggi negeri di kota ku. sebenarnya masuknya aku ke perguruan tinggi negeri pun di dorong oleh rasa kesal karena Dewa selalu meledekku, Dia bilang aku tak pantas kuliah apalagi masuk di universitas negeri, kalaupun masuk aku pasti gak bakalan bisa keluar atau lulus, hahahaha ingin rasanya tertawa didepan mukanya saat bertemu dan bilang kalau aku tidak sebodoh yang dia kira.

Di awal2 kepergian Dewa ke bandung seperti ada angin segar yang selalu menerpa hari2 ku, tetapi lama kelamaan baru rasa sepi itu hadir menggoda. setiap membuka jendela kamar yang langsung berhadapan dengan kamarnya seperti ada sesuatu yang hilang. Karena dulu setiap kali aku membuka jendela selalu ada wajah badung Dewa dengan muka anehnya yang selalu membuat aku gerah.

Lama2 aku berpikir bahwa semua yang di lakukan Dewa hanyalah untuk menarik perhatianku saja, sepertinya dia tidak bermaksud menyakiti atau menyinggung ku, tapi perhatian anehnya terkadang justru membuat aku ilfil. Dulu aku pernah turun dari angkot di saat hujan walaupun rumahku masih jauh hanya untuk menghindari ejekannya, tapi yang ada Dewa malah menunggu ku di depan gang sambil membawakan aku payung dan terus meledekku dengan sebutan gadis cengeng. aku berusaha menghindarinya dengan mendorong nya menjauhi ku. tapi Dewa tetaplah Dewa, bukannya menjauh dia semakin menarik tangan ku dan memayungiku sampai rumah.

Tanpa terasa hampir enam tahun sudah aku tak melihat wajah badung Dewa, dan akupun sudah melupakan kenakalan2nya. faktor umur mungkin membuat aku tak lagi memikirkan sikap nakal Dewa yang kekanak2an itu. sampai pada suatu malam sepulang kerja aku bertemu kedua orang tua Dewa di rumah ku. entah apa yang di bicarakan para orang tua itu, tapi kelihatanya begitu serius. 

Pagi itu kali pertama Dewa kerumah setelah 6 tahun kepergianya, woww...cuma itu yang bisa ku teriakkan dalam hati, karena Dewa yang ada di depan ku bukan lagi bocah nakal nan jahil, tapi sosok pemuda dewasa yang...alamak...senyum itu yang dulu begitu aku benci entah  kenapa seketika begitu manis terlihat. 

Dewa mengajakku keluar dan menemui teman2 sekolah dulu  mulai dari teman SD, SMP dan SMA dari semua teman yang kami temui aku seperti mendapatkan reaksi yang sama, semua menanyakan kapan kami akan menikah..???, mungkin hanya aku yang terdiam bengong setiap kali di tanya pertanyaan yang sama, tapi Dewa tampaknya tidak begitu kaget dengan pertanyaan teman2 ku, dia hanya menjawab "Insyaallah secepatnya" sambil melirik nakal ke arah ku dan sesekali tertawa terbahak melihat kebingungan ku.

Aku bosan dengan semua teka teki ini, tanpa basa basi aku memberondong Dewa dengan pertanyaan2 yang sedari tadi aku simpan di kepalaku, saat kami berdua di Mobil. Bukan dewa namanya kalau tidak bisa membuat aku kesal, bukannya menjawab pertanyaan2 ku, tentang rencana pernikahan yang sedari tadi di bicarakan dengan teman2 ku, dia malah tersenyum dan senyum itu kembali membuat aku mual. aku mohon penjelasannya sekali lagi.

Akhirnya Dewa menepikan mobilnya di sebuah cafe dan mengajakku turun, "aku akan jelaskan semuanya" cuma itu yang keluar dari mulutnya dan senyuman itu..benar2 membuat aku muak. aku diam dan tak beranjak sedikitpun dari kursi mobil aku meminta penjelasan secepatnya dari Dewa. sepertinya kali ini Dewa tau kalau aku benar2 marah.

Dewa terdiam sesaat dan menatapku sebelum dia bicara dan menjawab semua pertanyaanku. " maaf kalau aku membuat mu bingung...." itu kata2 pertama dewa saat mencoba menjelaskan. " aku tau kau membenciku sejak saat kita sama2 di disekolah dulu, tau kenapa aku selalu menyembunyikan buku2 mu dan mengembalikannya kerumah mu pd malam harinya? atau kenapa aku selalu berada satu angkot dengan mu setiap pulang dan pergi sekolah? apa kau pernah berpikir kenapa setiap kali kau membuka jendela kamar mu kau akan selalu melihat wajah ku?"  aku menggeleng dengan lesu dan malas menjawab pertanyaanya. " itu karena aku selalu ingin melihat mu dan ada di dekat mu, aku ingin melindungi mu dan selalu ada setiap kau butuhkan" jawaban Dewa seperti sebuah petasan yang meledak di telinga ku. "Andin aku mnyukai mu sejak kita sekolah dulu, dan kepada semuaa teman2 aku selalu bilang bahwa kau adalah pacar ku dan aku akan menikahi mu, itu sebabnya tidak ada yang mengganggu mu sewaktu sekolah dulu"

kekagetanku rasanya tidak sampai disitu, karena seketika kaca mobil di ketuk seseorang dari luar. "Bimo..?" adik bungsu ku tiba2 datang dan mengajak kami masuk ke cafe" ayoo buruan semuanya sudah datang" ajak bimo tak sabar. Dewa membuka pintu dan menarikku keluar mobil. entah apa yang terjadi rasanya aku malas berpikir lagi.

Didalam cafe sudah ramai keluarga ku dan keluarga Dewa. Saat pembawa acara mempersilahkan kami duduk dan mengutarakan hajatnya aku hanya terdiam, bingung dan sedikit kesal karena malam itu tiba2 saja keluarga Dewa melamarku. seperti mengerti kegundahanku Dewa tak henti2nya menggenggam dan mengelus2 tangan ku seperti sebuah permintaan maaf dan meminta ku sabar.

Akhirnya hari yang melelahkan itu berlalu, ternyata sekian lama Dewa menyimpan cinta untukku, walaupun caranya mengungkapan cintanya menurutku cukup aneh dan ajaib. sebelum kepergiannya kuliah ke bandung ternyata dia sudah melamarku kepada orang tua ku, dan kepada semua teman2 dia menitipkan aku untuk menjaga ku. setelah dia tamat dan bekerja sekarang saatnya di ingin menikahi ku. walaupun awalnya sedikit kesal namun akhirnya aku menerima lamaran Dewa dan keluarganya tiga bulan kemudian kami menikah, dan Dewa membawa ku ke papua karena dia di tugaskan disana, saat ini aku sedang menanti kelahiran anak pertama kami. ternayata aku menemukan cinta dalam kebencian ku.



Bogor 6 september 2013