Aku mendapatkan dari status facebook dan terusterang ini membuatku
terharu. Seharusnya kisah ini dalam bahasa Inggris tetapi aku lebih suka
mengartikannya dalam bahasa kita, karena putriku harus ikut membacanya
agar ia tahu betapa beruntungnya ia masih memiliki ayah.
Gadis
kecil itu sedang bersiap-siap ke sekolah, ia menghabiskan sarapan
paginya penuh semangat. Hari ini adalah hari dimana ia harus berbicara
tentang ayah. Ibu kelihatan kuatir karena tahu apa yang hadapi putrinya
nanti. Ia berbisik agar si kecil yang ceria tak usah masuk sekolah
saja hari ini, tetapi si anak berkuncir dua itu hanya tertawa dan
berkata ini’”ini kesempatan memberitahu teman-temanku siapa sebenarnya
ayahku, ibu”
Mereka tiba di ruang pertemuan
sekolah. Ruangan itu ramai dengan para ayah yang menemani putra-putri
mereka, malah beberapa dari ibu mereka juga ikut mendampingi. Hanya si
gadis kecil yang duduk bersama ibunya. Ibunya menunduk menyembunyikan
kegalauan sementara si putri sibuk menyapa teman-temannya dengan riang.
Satu
persatu anak-anak maju ke depan, bercerita tentang ayah mereka. Si
gadis kecil memperhatikan dengan seksama membuat si ibu semakin gundah.
Tangannya yang gemetar tak mampu mengusir kekuatiran menunggu giliran
si gadis kecil.
Akhirnya tibalah giliran si gadis
kecil. Saat ia berdiri, sang ibu sempat ragu namun si gadis kecil
meraih tangannya dan mengajaknya ke depan. Mereka berjalan di tengah
pandangan sinis orang-orang yang berbisik “ayah macam apa yang tak bisa
menemani putrinya di hari sepenting ini.” Si ibu duduk di mana seorang
ayah seharusnya duduk menemani si gadis kecil dan di depannya si gadis
kecil memulai kisahnya tentang ayah.
“Ayah yang
kukenal bukanlah ayah yang menemaniku bermain bola, bukan ayah yang
bisa menciumku setiap saat dia inginkan, bukan ayah yang bisa kusambut
ketika ia pulang kerja, juga bukan ayah yang bisa membelaku saat aku
diganggu anak yang nakal, dia juga bukan ayah yang bisa menemaniku
saat aku sedang sakit, bahkan ayah tak pernah mengucapkan selamat ulang
tahun untukku walaupun sekali saja. Tetapi bukan karena ayahku jahat
atau terlalu mementingkan pekerjaannya, ayahku mungkin terlalu baik
hingga Tuhan ingin ayah bersamaNya. Aku tak membenci Tuhan karena aku
tahu Tuhan sangat sayang padaku dan Ayah, Tuhan pasti punya rencana
lain untuk kami hingga ia memisahkan aku dan ayah.”
Gadis
kecil terdiam dan memandang kesekelilingnya, menatap wajah-wajah di
hadapannya, “Ayah memang tak pernah ada di sisiku, tapi ia menemaniku
setiap saat. Setiap kali aku bersedih, aku hanya tinggal menutup mataku
sejenak dan memanggil namanya. Ia akan datang meskipun cuma aku yang
tahu karena hatiku merasakannya. Ketika aku rindu menatap wajahnya,
foto ayah akan menemaniku dalam tidur. Ayah memang tak bisa mengajariku
bermain ataupun belajar, tapi ia mengajariku menjadi anak yang mandiri
karena aku tak punya ayah yang membantuku, aku belajar menjadi anak
yang berani karena tak ada ayah yang membelaku, aku belajar menjadi
anak berprestasi karena aku ingin ayahku bangga di surga sana, aku
ingin berhasil menjadi dokter karena aku ingin ibu punya alasan untuk
melanjutkan hidupnya.”
Lalu ia diam sejenak,
menutup mata dan berbisik, “aku beruntung karena ada ibu yang
menemaniku, yang membantuku mengenal ayah sejak aku bayi dan aku tahu
ayah ada di sini, melihatku dengan senang karena aku sudah
memperkenalkannya pada semua agar semua orang tahu betapa berartinya
ayah bagiku. Suatu hari nanti jika aku bisa bertemu dengannya di surga,
aku akan berkata aku mencintainya dan selalu bangga menjadi anaknya.
oleh Nayaka Imadoki pada 10 Mei 2012 pukul 20:21 ·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar