Ayah adalah bagian yang tak terpisahkan dalam keluarga. Keluarga
bukan hanya urusan para Ibu, sementara urusan Ayah adalah mencari
nafkah. Pembagian peran yang kaku antara Ayah dan Ibu tidak memadai dan
bukan zamannya lagi. Baik Ayah maupun Ibu, semuanya menjalani
peran-multi di dalam keluarga.
Mengenai peran Ayah, ada 4 peran Ayah di dalam keluarga sebagaimana yang dinyatakan oleh Najeela Shihab. Peran itu adalah:
1. Player
Sebagai player, Ayah menjadi teman bermain bagi anak-anaknya. Permainan
membuat anak merasa nyaman dan menjadi sarana membangun ikatan. Semakin
sering Ayah bermain dengan anak, biasanya semakin berkualitas mental
anak.
2. Teacher
Seorang ayah yang baik juga harus bisa berperan sebagai guru. Guru itu
berarti sumber pengetahuan bagi anak. Peran penting Ayah sebagai guru
bukan hanya untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk memelihara
rasa keingintahuan anak.
Bidang-bidang yang biasanya dikuasai Ayah dan lebih baik dari Ibu adalah pelajaran ABCD (Ally, Boundaries, Challenge, Dreams).
3. Protector
Setiap Ayah pasti memiliki naluri untuk melindungi anaknya sejak lahir.
Tapi fungsi Ayah sebagai pelindung bukan hanya itu. Justru, yang
terpenting adalah mengajarkan anak-anak untuk melindungi dirinya sendiri
karena orangtua tak mungkin bersama mereka setiap waktu.
Sebagai pelindung, Ayah perlu menjadi Spy, dalam arti berusaha
mengenali dunia anak: mengetahui apa kesukaannya, apa yang dibencinya,
teman-teman dekatnya, dan dunia yang ditekuni anak. Semakin Ayah
mengetahui dunia anak, semakin mudah menjalin komunikasi dan koneksi
dengan mereka. Sebaliknya, semakin Ayah tak mengetahui dan asing dengan
dunia yang sedang disenangi anak, semakin jauh hubuan Ayah-Anak.
4. Partner
Sebagai partner, fungsi Ayah bukanlah mendukung Ibu dalam pengasuhan
anak, tetapi equal partner. Artinya, Ayah memiliki hak dan tanggung
jawab yang sama dengan Ibu.
Sebagai partner, Ayah tidak boleh hanya berharap dan bergantung pada
Ibu, tetapi juga terlibat aktif. Ayah juga memiliki hak untuk bermain
bersama anak, tak hanya berfungsi sebagai “bad cop” untuk menakut-nakuti
anak.
Karena Ayah dan Ibu adalah partner, maka peraturan rumah tangga pun
perlu disepakati dan tidak boleh berseberangan. Ayah dan Ibu perlu punya
suara sama. Jika Ayah mengatakan tidak, Ibu juga mengatakan yang sama.
Demikian sebaliknya.
Sumber: Mommies Daily
Silahkan Berbagi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar